Sukoharjo (ANTARA News) - Produksi gitar para perajin di Desa Ngrombo dan Mancasan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, mampu menembus pasaran mancanegara, seperti Denmark, Jerman, dan Malaysia. Salah seorang perajin, Hadi Wiyono, mengatakan bahwa ada dua jenis perajin, yakni yang mengerjakan produk setengah jadi dan perajin yang mengerjakan dari bahan baku hingga produk jadi. Ia mengemukakan, untuk produk setengah jadi (putihan) ada yang membuat stang gitar, bodi gitar, dan kreplang. Kemudian ada perajin yang merakit masing-masing bagian tersebut menjadi barang jadi berupa gitar yang siap pakai. "Saya perajin gitar dari bahan baku hingga produk jadi, sehingga kami mengerjakan sejak awal dari membuat stang gitar, bodi, pengecatan, dan sebagainya menjadi produk siap pakai," katanya. Selain membuat gitar, ia juga membuat alat musik lain seperti biola, ukulele, celo, dan gitar elektrik. Menurut dia, pihaknya hanya melayani pesanan dari pelanggan, sehingga tidak membuat satu macam produk secara besar-besaran. Ia menyebutkan, hasil produksinya hampir telah memasuki kota-kota besar di seluruh Indonesia, dan sering mendapat pesanan dari luar negeri, terutama Malaysia dan Jerman. Hadi mengatakan, harga hasil produknya bervariasi dari Rp80.000 hingga juataan rupiah, tergantung jenis dan bahan baku yang digunakan. "Untuk alat musik yang dipesan dari orang luar, biasanya harga tinggi dari ratusan ribu rupiah hingga jutaan rupiah," katanya. Bahan baku yang digunakan untuk membuat gitar antara lain kayu mahoni, waru, triplek, dan cat. Para perajin, menurut dia, belakangan ini mengeluhkan tingginya harga bahan baku, sedangkan harga produk tidak bisa naik. Misalnya, ia menambahkan, harga cat melamin semula Rp85.000 per kilogram, kini mencapai Rp115.000 per kilogram, kemudian triplek dari Rp32.000 per lembar menjadi Rp43.000 per lembar. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007