Sunu kepada Antara di Denpasar, Selasa malam membenarkan bahwa ia tidak lagi bergabung dalam jajaran direksi korporasi maskapai berbiaya murah (LCC) tersebut.
"Ya benar, saya sudah tidak di AirAsia," kata Sunu.
Indonesia AirAsia sebelumnya telah menyatakan akan bergabung (merger) dengan Indonesia AirAsia Extra yang salah satu faktornya karena kekurangan modal.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan mencatat ekuitas Indonesia AirAsia negatif terhitung dari April 2016 hingga April 2016.
Untuk itu, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menyarankan untuk "merger" untuk menambah kecukupan modal.
Untuk maskapai yang belum memenuhi ekuitas negatif, disarankan agar menambah modal agar menjadi positif atau merger (usaha gabungan)," katanya.
Ia juga mengaku telah menerima surat pengajuan "merger" perusahaan yang berbasis di Malaysia tersebut.
Dihubungi terpisah, Direktur Utama Indonesia AirAsia Extra Dandy Kurniawan menilai upaya penggabungan perusahaan bertujuan meningkatkan efisienai operasional dan meningkatkan kualitas pelayanan penumpang.
"Penumpang tidak lagi bingung karena ada dua AirAsia di Indonesia," katanya.
Dandy menjelaskan IAAX yang melanjutkan kedua perusahaan tersebut karena dinilai telah memenuhi syarat untuk mengoperasikan dua tipe pesawat, yaitu Airbus A320 dan A330 selama hampir setahun terakhir.
Dia mengatakan akan langsung beroperasi setelah disetujui oleh Menteri Perhubungan Ignasius Jonan.
"Diperkirakan proses transisi akan berlangsung cepat, dalam kurun waktu kurang dari enam bulan," katanya.
Meskipun telah "merger", Dandy memastikan seluruh pesawat dan rute serta jadwal penerbangan yang selama ini dioperasikan oleh IAA akan dialihkan kepada IAAX, sehingga tidak akan mempengaruhi jadwal penerbangan penumpang yang telah membeli tiket IAA Extra.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016