Baku (ANTARA News)- Sekira 2.000 warga Azerbaijan melakukan protes terhadap kenaikan harga, kemiskinan dan korupsi dalam satu unjukrasa oposisi terbesar tahun ini di negara Laut Kaspia penghasil minyak itu. "Di mana uang dari hasil minyak," dan "Tolak kenaikan harga" teriak para pemrotes, sementara itu sejumlah lainnya menuntut pengunduran diri pemerintah. Isa Gambar, ketua partai oposisi Nusavat, mengatakan: "Partai kami tidak berusaha membuat pemerintah mundur tapi mendesaknya meningkatkan kondisi hidup rakyat." Para pemantau internasional mengatakan ada antara 1.500 dan 2.000 pemrotes, sementara polisi menyebutkan hanya sekira 600 orang dalam unjukrasa di satu daerah pinggiran ibukota Baku. Beberapa ahli ekonomi mengatakan minyak yang sangat laku di Azerbaijan memicu "penyakit Belanda", di mana kekayaan yang mendadak menyebabkan terjadi inflasi yang tinggi. Pada Januari pemerintah menaikkan harga minyak dua kali lipat dan memerintahkan peningkatan dua kali lipat sewa kotapraja dan kenaikan rekening listrik tiga kali lipat. Harga produk dan pelayanan makanan sampai bus dan suratkabar juga meningkat tajam. Presiden Ilham Aliyev memerintah Azerbaijan sejak tahun 2003. Ia mengatakan kenaikan harga adalah akibat dari reformasi pasar untuk mengakhiri subsidi era Sovyet. Pada Januari, polisi yang menggunakan pentungan membubarkan satu unjukrasa kelompok kecil oposisi terhadap inflasi yang meningkat. Oposisi mengatakan taktik polisi yang bertindak keras itu membujuk orang agar tidak ikut melakukan unjukrasa, demikian laporan Reuters. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007