Sangat sporadis. Kalau ada peristiwa, baru turun tangan

Medan (ANTARA News) - Penanganan yang dilakukan terhadap bencana erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara dinilai belum komprehensif sehingga masih meninggalkan banyak permasalahan.

Anggota DPRD Sumatera Utara Astrayuda Bangun di Medan, Senin, mengatakan, penanganan bencana errupsi Gunung Sinabung masih bersifat sporadis, baik dari aspek kelembagaan maupun aspek yang ditangani.

"Sangat sporadis. Kalau ada peristiwa, baru turun tangan," katanya.

Ia menjelaskan, indikasi tidak komprehensifnya penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung dapat terlihat dari belum tuntasnya penanganan terhadap pengungsi yang jumlahnya masih ribuan orang.

Pemerintah juga dinilai seperti "setengah hati" meski bencana yang mengharuskan warga meninggalkan kampung halamannya tersebut beberapa kali menimbulkan korban jiwa.

Pemerintah juga masih belum menuntaskan relokasi pengungsi meski bencana erupsi Gunung Sinabung telah berlangsung selama enam tahun karena letusannya sudah terjadi sejak tahun 2010.

Disebabkan bencananya sudah enam tahun, seharusnya pemerintah sudah bisa mengambil keputusan relokasi pengungsi secara permanen.

Selain itu, meski sudah berlangsung selama enam tahun, tetapi instrumen pemerintah di lokasi bencana tidak mampu mengantisipasi adanya warga yang menjadi korban susulan.

"Sudah enam tahun, tetapi masih ada korban jiwa. Ada kesan ketidakhadiran pemerintah dalam masalah itu. Kalau kejadiannya baru beberapa bulan, mungkin masih dipahami," kata politisi Partai Gerindra tersebut.

Indikasi tidak komprehensifnya penanganan erupsi Gunung Sinabung juga dapat dilihat penanganan abu vulkanik yang keluar dari aktivitas gunung berapi itu.

Dalam beberapa pertemuan dengan DPRD Sumatera Utara, Balai Wilayah Sungai Sumatera 2 pernah menyatakan adanya jutaan meter kubik abu vulkanik akibat erupsi Gunung Sinabung.

Keberadaan abu vulkanis tersebut berpeluang menjadi banjir lahar dingin jika ada hujan lebat yang terjadi di sekitar Gunung Sinabung dan dikhawatirkan menimbulkan korban.

Kekhawatiran tersebut terbukti dengan adanya banjir lahan dingin yang terjadi pada awal Mei 2016 yang menyebabkan seorang warga Kabupaten Karo tewas.

"Dulu, sempat diwacanakan membangun sabo dam untuk menahan lahar dingin. Namun sampai sekarang belum direalisasikan," ujar Astrayuda.

Pewarta: Irwan Arfa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016