Pattani, Thailand (ANTARA News) - Kelompok separatis Islam pada Senin dicurigai menembak tewas tiga Budhis di Thailand selatan yang mayoritas berpenduduk Muslim, kata Kepala Junta Militer Thailand saat berkunjung ke wilayah itu, di tengah meningkatnya ketegangan perseteruan antar-kelompok. Tiga wanita, yang semuanya dilaporkan bekerja untuk proyek perkebunan kerajaan, tewas dinihari oleh penembak berkendaraan di Pattani, salah satu dari tiga provinsi bergolak di perbatasan dengan Malaysia. "Enam tertuduh pemberontak muncul di atas tiga sepeda-motor sebelum melakukan penembakan terhadap sebuah pik-up yang membawa lebih dari 10 orang, termasuk anak-anak, yang bekerja pada proyek perkebunan," kata polisi. Tiga wanita lainnya cedera dalam serangan itu, tambahnya. Pembunuhan terjadi pada saat pemimpin junta, Sonthi Boonyaratglin mulai kunjungan sehari ke wilayah tersebut untuk menemui para pejabat keamanan menyusul serangkaian serangan berdarah yang mengejutkan bangsa. Sonthi, muslim pertama yang menjadi kepala militer di negara yang mayoritas penduduknya Budhis, tiba di Yala Senin pagi, ke lokasi yang paling mengerikan dari tindak kekerasan baru-baru ini, termasuk pembunuhan terhadap delapan warga Budhis dan pemboman di sebuah mesjid Rabu. Para petugas militer telah menahan 28 orang sehubungan dengan pembunuhan besar-besaran tersebut. Ketegangan meningkat bahkan berlanjut sampai akhir pekan, ketika dua bocah Muslim dibunuh dalam serangan terhadap sebuah sekolah Islam di provinsi Singkhla, tetangganya. Pembunuhan-pembunuhan tersebut dipicu aksi demo yang dilakukan 400 orang yang tinggal dekat sekolah itu, yang menuduh pihak militer melakukan serangan dan memblokade jalan guna mencegah polisi untuk melakukan penyidikan di tempat kejadian. Sedikitnya 2.000 orang tewas dalam kekerasan separatis yang berkecamuk di provinsi Yala, Narathiwat dan Pattani sejak Januari 2004. Pertumpahan darah terkadang meluas sampai ke provinsi Songkhla, tetangganya. Pihak militer mengenakan jam malam di sebagian wilayah itu, di mana aksi kekerasan masih berlangsung meskipun terdapat upaya-upaya menegakkan perdamaian yang diprakarsai oleh pemerintah Thailand yang didukung militer. Serangkaian ledakan bom yang terkoordinasi di seluruh provinsi paling selatan itu telah menewaskan sembilan orang dan mencederai 44 lainnya pada bulan lalu, sedangkan aksi-aksi pembunuhan juga semakin mengerikan, seperti yang terjadi pada bulan Maret 2007, demikian kutipan dari AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007