"Dolar AS masih cenderung menguat terhadap sejumlah mata uang utama seiring potensi The Fed menaikan suku bunga pada bulan Juni nanti," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.
Ia menambahkan bahwa situasi itu memicu sebagian pelaku pasar mata uang di negara-negara berkembang memindahkan sebagian asetnya ke dalam bentuk produk berdenominasi utang.
"Tingginya peluang kenaikan suku bunga AS masih menjaga tingkat permintaan untuk dolar AS," katanya.
Ia mengatakan bahwa produk domestik bruto Amerika Serikat kuartal I 2016 yang naik menjadi salah satu sentimen yang menopang dolar AS. PDB AS bertumbuh dengan laju tahunan sebesar 0,8 persen, revisi naik dari laju sebesar 0,5 persen yang dilaporkan pada bulan lalu.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa revisi pertumbuhan PDB Amerika Serikat pada kuartal I 2016 yang naik itu menambah alasan bagi dolar AS untuk mengembalikan tren penguatannya.
Ia mengharapkan bahwa surat utang negara (SUN) serta indeks harga saham gabungan (IHSG) yang menguat seiring dengan harga komoditas minyak mentah dunia, diharapkan menjaga rupiah untuk tidak tertekan lebih dalam.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (30/5) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.641 dibandingkan hari sebelumnya (27/5) Rp13.575.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016