Jakarta (ANTARA News) - Keputusan pemerintah menambah produksi beras hingga mencapai dua juta ton tahun 2007 bisa dijalankan bila ada komitmen dan manajemen yang jelas di tingkat lapangan.
"Di atas kertas produksi beras hingga 2 juta ton per tahun bisa terjadi. Hanya saja pencapaian tersebut sering terhalang di lapangan," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen Pertanian, Udhoro Kasih Anggoro, di Jakarta, Minggu.
Dia mengatakan data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan total penduduk mencapai 224 juta orang dengan rata-rata pertumbuhan 1,35 persen per tahun. Sedangkan pertumbuhan rata-rata produksi beras per tahun hanya mencapai 1,1 persen.
Atas dasar data tersebut, rapat sidang kabinet yang dipimpin Presiden dan Wakil Presiden di Departemen Pertanian pada 8 Januari 2007 lalu memutuskan menambah produksi beras hingga dua juta ton karena pertumbuhan pangan dinilai tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk.
"Yang harus dibangun ke depan adalah masalah komitmen dan manajemen. Padahal banyak produk-produk yang dapat meningkatkan produksi hingga 8 ton per hektar," katanya.
Anggoro mengatakan luas total sawah baku sekitar 7,8 juta hektar. Yang dapat ditanami dua kali dalam setahun ada 3,9 juta hektar, dan yang hanya dapat sekali ditanami sekitar 4 juta hektar, karena itu tidak ada masalah pada lahan.
Menurut dia, untuk mencapai produksi dua juta ton beras, maka angka aman gabah kering giling (GKG) minimal harus 56 juta ton per tahun. Tetapi angka tersebut dinilai masih berada di tingkat kerawanan, jadi produksi tetap harus ditingkatkan.
Untuk mencapai pertumbuhan rata-rata produksi beras nasional 1,1 persen per tahun saja, rata-rata produksi GKG hanya memerlukan 4,6 ton per hektar. Sedangkan jika melihat acuan dari berbagai penelitian yang sudah dilakukan sebenarnya tingkat produksi di lapangan sudah dapat mencapai 7 hingga 9 ton GKG per hektar, ujar dia.
"Sumber air ada, lahan ada, pupuk ada, modal ada, jadi untuk mencapai 7 hingga 8 ton gabah kering giling per hektar sangatlah mungkin," katanya.
Dia mengatakan kunci keberhasilan di lapangan adalah teknologi, petani, modal, pasar, dan pengawalan. Lima hal ini tidak dapat dikurangi, sehingga angka dua juta ton tidak mungkin diragukan.
Sedangkan menurut Akademisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Sigianta, pencapaian dua juta ton bukan tidak mungkin. Tetapi banyak hal yang perlu dicermati untuk mencapainya.
Dia menyebutkan masalah waktu yang setelah bulan April hanya tersisa musim kemarau, jadi diperkirakan hanya bisa menghasilkan 35 persen produksi gabah atau 3,5 juta ton setara gabah.
Selain itu, dia mengatakan sejarah perkembangan produksi padi dari data Deptan tidak ada peningkatan lebih dari 1,5 persen padi per tahun.
Sesuai angka ramalan I BPS tahun 2007 menunjukkan 53,1 juta ton GKG, sementara tahun 2006 mencapai 54,4 juta ton GKG. Alasan turunnya ramalan produksi gabah karena luas panen turun, termasuk luas lahan berkurang, ujar dia.
Masalah lainnya, dia juga menyebutkan persiapan bibit, hujan buatan, penyerapan teknologi, dan luas lahan, perlu diperhatikan agar produksi dapat meningkat. (*)
Copyright © ANTARA 2007