Ia mengatakan anak-anak harus dijauhkan dari rokok, yang menurut dia merupakan "gerbang" menuju kecenderungan negatif seperti penyalahgunaan narkoba.
"Asapnya kan juga bahaya, tapi ironisnya banyak orang yang masih cuek saja, seperti saat menggendong anak sambil merokok," kata Ine ketika ditemui di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu.
Saat mengunjungi berbagai daerah, pemeran utama film "Nay" itu melihat masih rendahnya kesadaran masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah tentang bahaya rokok pada anak.
"Makanya saya lebih mendukung campaign ke masyarakat kelas menengah ke bawah, terutama di daerah," ungkapnya.
Ine mengatakan pemerintah perlu menerapkan solusi menyeluruh untuk mengaksesi perjanjian internasional tentang pengendalian dampak tembakau.
"Di Jepang itu harga rokok mahalnya setengah mati, satu bungkus sekitar Rp50 ribu, jadi orang Jepang terbangun kesadaran untuk mengirit konsumsi rokok mereka. Kalau di sini kan orang sehari bisa menghabiskan tiga bungkus rokok karena harganya murah," ujar ibu beranak tiga itu.
"Aku sangat setuju tidak ada rokok di Indonesia, tapi kita juga harus ingat bahwa rokok itu sumber devisa negara paling besar. Untuk urusan kesehatan mungkin sistemnya dulu yang harus dibenahi, dibangun sebuah kesadaran bahwa orang boleh merokok asal pada tempatnya," kata Ine, yang sejak 2012 aktif di Rumah Ilmu, komunitas pendidikan seni untuk anak-anak.
Pewarta: Yashinta Difa
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016