Jakarta (ANTARA News) - Eva Celia tak lupa menyempatkan waktu untuk membantu sesama dalam kegiatan sosial di tengah kesibukannya di dunia hiburan.


Kial terbarunya adalah mendukung kampanye daring (online) urun dana United Nations Development Programme yang bertujuan menyediakan pasokan air bersih untuk warga desa Napu, Sumba Timur.


Bagaimana pengalaman pertama kali membantu crowdfunding?

Rasanya susah spread awareness, tapi lebih mudah dengan media sosial. Pengalaman ini membuka mataku, kita para generasi milenial ternyata merupakan populasi terbesar. Gen Y itu banyak juga yang memakai sosial media, jadi penting untuk membuat perubahan dunia. Aku senang bisa membantu raise awareness.


Sejak kecil mama adalah inspirasiku, she is a caring person yang peduli lingkungan dan isu-isu dunia terkini. Aku selalu berpikir bagaimana untuk membuat dunia ini jadi lebih baik. Kampanye UNDP ini adalah sebuah langkah baru. Bukan langkah besar, tapi yang pasti ini akan terus berjalan.


Dalam kampanye ini Eva mengajak orang-orang untuk berdonasi, ada berapa banyak yang berhasil kamu ajak?

Waterhouse project itu temanku, dan dia jadi bagian besar dari kampanye UNDP.

(UNDP Senior Programme Manager Verania Andria mengungkapkan Waterhouse Project menyumbang hampir Rp200 juta dari total donasi Rp350 juta).


Sebelumnya pernah ikut kegiatan sosial?

Biasanya independen sama teman-teman, walau tidak disebar luas, tapi kami ingin melakukan sesuatu untuk orang lain. Seperti memberi donasi untuk panti asuhan, memberi makan gelandangan, dan menyelamatkan binatang.


Apa bedanya melakukan kegiatan sosial secara independen dan sekarang?

Jumlah personalnya saja.


Ketika syuting di Sumba (untuk film Pendekar Tongkat Emas) apakah kamu pernah mengalami kesulitan air?

Nah, ini sangat menginspirasiku. Aku tidak pernah mengalami itu ketika di Sumba. Syuting film saat itu di Waingapu, di kota yang semuanya tersedia, ada supermarket, ada segala macam. Ketika syuting di desa yang letaknya jauh dari kota, aku tidak terlalu menyadari bahwa penduduk itu butuh air karena fokus untuk syuting yang sangat memakan waktu.


Aku punya pengalaman ketika syuting adegan action. Waktu itu kami istirahat di pinggir jalan. Jarak tempat itu 30-60 menit dari kota. Lalu kami melihat anak-anak berseragam sekolah dengan sendal dan tas kotor berjalan kaki. Mereka jalan dari mana? Padahal letak sekolah itu jauh, sekitar 15 menit dengan naik kendaraan. Di situ aku mulai sadar...


Jadi aku juga belajar hal baru di sini, bukan karena aku tahu lebih banyak. I wannna take counter measure, reverse it and make it better.


Dari kampanye ini adakah yang berdampak ke gaya hidupmu?

Aku jadi lebih aware terhadap penggunaan air, jadi jauh lebih irit. Dulu biasanya mandi bodo amat terhadap penggunaan air, tapi sekarang dua atau tiga menit harus beres. Jadi perang batin ketika membuang-buang air padahal masih ada orang-orang yang membutuhkan. Mamaku juga jadi lebih irit.


Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016