Banjarmasin (ANTARA News) - Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mengatakan pemerintah akan segera memberlakukan publikasi identitas sebagai hukuman tambahan terhadap para pelaku pedofilia yang telah melakukan pelecehan seksual terhadap anak secara berulang-ulang.
Khofifah di Banjarmasin Jumat, mengatakan para pelaku pedofilia akan dijerat dengan Undang-undang Perlindungan Anak sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
Selain itu, bagi pelaku yang melakukan kejahatan seksual tersebut secara berulang, maka akan ditambah dengan hukuman publikasi identitas dengan memasang fotonya di tempat-tempat umum.
"Hal itu bertujuan agar masyarakat bisa mewaspadai pelaku dan menjauhkan anak-anak mereka agar tidak menjadi korban selanjutnya," katanya.
Sehingga, tambah dia, tidak menutup kemungkinan nantinya foto pelaku pedofilia akan dipasang di pasar-pasar, SPBU dan lainnya.
Hal serupa telah dilakukan di beberapa negara lainnya.
Pernyataan Khofifah yang disampaikan dihadapan ratusan anggota Muslimat NU tersebut menjawab pernyataan dukungan dari Wakil Gubernur Kalsel Rudy Resnawan yang mengatakan mendukung upaya hukuman kebiri bagi pemerkosa.
"Mumpung di sini ada Kemenag saya ingin menjelaskan tentang hukuman kebiri, yang kini menjadi prokontra di masyarakat," katanya.
Menurut Khofifah, seperti halnya pelaku pedofilia, hukuman kebiri bagi pemerkosa merupakan hukuman tambahan setelah para pelaku diputus bersalah dan mendapatkan hukuman sesuai dengan undang-undang perlindungan anak.
Selain dihukum kurungan, para pelaku diberikan hukuman kebiri kimia selama dua tahun, setelah itu, mereka bisa kembali melakukan aktivitas reproduksinya.
"Jadi kebiri kimia yang kita berlakukan tidak akan memutus fungsi reproduksi para pelaku," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Khofifah juga meminta Kemenag Kalsel untuk mengajak seluruh ayah untuk hadir kembali di tengah keluarga dan anak-anaknya.
Menurut dia, perilaku menyimpang, peredaran narkoba dan lainnya yang kini marak di Indonesia, salah satunya adalah karena banyak anak kehilangan figur ayahnya.
Para ayah, hanya hadir secara fisik, tetapi tidak hadir psikologis, sehingga tidak sedikit anak-anak akhirnya mencari figur di media sosial dan lainnya yang tentu sangat rentan mendapatkan figur yang salah.
"Kalau di Kalsel, yang mengingatkan anak salat, mengaji, belajar, sopan santun dan lainnya, siapa,?" kata Khofifah, yang dijawab serentak oleh anggota Muslimat, "Ibu !!!".
Pertanyaan tersebut, beberapa kali diulang dan selalu mendapatkan jawaban yang sama "ibu".
Kemudian Khofifah melanjutkan, padahal secara agama, dan dalam AlQuran dituliskan, bahwa semua hal tentang kebaikan rumahtangga, adalah menjadi tanggungjawab penuh para bapak/ ayah.
"Tapi yang terjadi adalah, negara ini telah menjadi seperti negara tanpa ayah, sehingga berbagai kejahatan terus berkembang pesat," katanya.
Jadi tambah dia, ini menjadi pekerjaan rumah yang berat, untuk mengembalikan fungsi ayah, agar bisa kembali menjalin dan menguatkan fungsi keluarga untuk mencegah terhadap berbagai hal negatif yang terus meracuni generasi muda.
Pewarta: Ulul Maskuriah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016