Guatemala City (ANTARA News) - Hampir 50.000 orang, sebagian di antaranya remaja perempuan berusia 12-17 tahun, adalah korban langsung eksploitasi seksual di Guatemala, kata dua entitas PBB dalam sebuah laporan gabungan yang disampaikan pada Kamis (26/5).
Penelitian dari badan perlindungan anak PBB UNICEF dan Komisi Internasional Melawan Kekebalan Hukum di Guatemala (Comision Internacional contra la Impunidad en Guatemala/CICIG) menemukan bahwa kemiskinan – yang melanda 60 persen dari 15 juta penduduk Guatemala, serta masyarakat patriarki dan kekerasan dalam rumah tangga adalah penyebab utamanya eksploitasi seksual.
Laporan tersebut menemukan, 64 persen dari 48.600 korban yang terdata adalah perempuan, sebagian berusia di bawah 18 tahun. Sebesar 23 persen korban adalah laki-laki dan 13 persen sisanya tidak terdata berdasarkan gender.
Perempuan Guatemala bukan satu-satunya yang terperangkap dalam komplotan prostitusi di negara itu. Perempuan Kolombia, Honduras, El Salvador dan Nikaragua juga dieksploitasi.
Deputi perwakilan UNICEF di negara-negara Amerika Tengah, Mariko Kagoshima, menyoroti kasus seorang remaja perempuan berusia 12 tahun yang dipaksa memberikan layanan seksual 30 kali sehari.
Beberapa organisasi kriminal meraup sekitar 1,6 miliar dolar AS (sekitar Rp21,7 triliun) setahun dari eksploitasi seksual di Guatemala, setara dengan 2,7 persen Produk Domestik Bruto negara tersebut, menurut laporan itu.
Aktivitas tersebut sama dengan "perbudakan modern," kata kepala CICIG Ivan Valesquez, mendesak hukuman yang lebih besar untuk para pemilik properti dan pengusaha yang mendapat keuntungan dari perdagangan manusia semacam itu, demikian laporan AFP.
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016