Kami berencana menandatangani kontrak pada Juni,” kata juru bicara di Defense Acquisition Program Administration (DAPA) kepada AFP.
Korea Selatan lebih memilih GE Aviation daripada konsorsium Eurojet Eropa yang meliputi Rolls-Royce Holdings dan MTU Aero Engines AG.
Korea Selatan berencana mengembangkan armada 120 pesawat tempur “dalam negeri” multifungsi generasi selanjutnya selama 10 tahun ke depan untuk menggantikan pesawat tempur F-4 dan F-5 yang diimpor dari Amerika Serikat dan sudah menua.
Program Korean Fighter Experimental (KF-X) memiliki anggaran 18 triliun won (sekitar 15,2 juta dolar AS). AFP melaporkan bahwa Indonesia awal tahun ini menandatangani kesepakatan sebagai mitra junior.
Indonesia akan menanggung sekitar 20 persen dari biaya tersebut, dengan hingga 100 pekerja Indonesia akan mengambil bagian dalam proses pengembangan dan produksi.
DAPA akan bertindak sebagai badan pemerintah yang mengawasi proyek itu dan Korea Aerospace Industries (KAI) akan memimpin tim industri yang bertugas mewujudkan program tersebut.
KAI tahun lalu menang tender pengembangan jet tersebut dengan bermitra bersama Lockheed Martin asal AS.
Korea Selatan ingin memiliki akses terhadap 25 teknologi jet tempur milik Lockheed Martin tapi pemerintah AS melarang ekspor empat di antara teknologi itu -- di antaranya radar AESA (susunan pemindai elektronik aktif) .
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016