Jenewa (ANTARA News) - Setiap tahun gigitan ular menewaskan sedikitnya 125.000 orang dan mengakibatkan 400.000 orang cacat permanen menurut data yang disiarkan pada Rabu (25/5).
Sekitar 5,5 juta orang digigit ular, mengakibatkan 2,7 juta kasus keracunan bisa ular, kata ahli obat tropis dalam Sidang Kesehatan Dunia Ke-69.
"Sudah tiba waktunya dunia berhenti mengabaikan gigitan ular," kata Prof. Jose Maria Gutierrez dari University of Costa Rica sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.
"Ini adalah masalah penggunaan obat dan pengetahuan tentang buat apa itu semestinya digunakan, buat kesejahteraan manusia."
Para ahli yang menghadiri acara tersebut mengatakan masalah gigitan ular masih sangat diabaikan dan kurang mendapat dana dari masyarakat kesehatan global serta banyak pemerintah nasional.
"Dengan tindakan kolektif, kita sekarang memiliki kesempatan besar untuk secara dramatis meningkatkan kehidupan jutaan orang di seluruh dunia yang menderita akibat gigitan ular, penyakit yang bisa dicegah dan dapat diobati," kata Fernando Llorca, Menteri Kesehatan Costa Rica.
Para ahli mengatakan situasi saat ini sangat suram di Sub-Sahara Afrika, tempat tak ada pasokan anti-bisa aman dan efektif yang dapat menyelamatkan nyawa.
"Krisis yang berkecamuk di Sub-Sahara Afrika membuat ratusan ribu orang tak memperoleh akses ke anti-bisa," kata David Williams, CEO Global Snakebite Initiative.
"Kurangnya produk yang aman, efektif dan mudah diperoleh mempertaruhkan anggota tubuh dan nyawa manusia setiap hari, dan korban tak bisa menunggu lebih lama lagi agar dunia melangkah dan bertindak," kata Williams.(Uu.C003)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016