Jakarta (ANTARA News) - Indonesia harus berhenti menggunakan model pembangunan melompat langsung mulai dari tahap atas, atau disebut mulai dari lapisan "tools" dalam piramida Thurow. "Lapisan tools itu artinya terlalu memprioritaskan investasi. Itu tercermin dalam berita-berita kita dipenuhi dengan bagaimana menarik investor dengan baik dan ketakutan jika investor lari ke Vietnam," kata Pengamat Sains dan Teknologi, Ary Mochtar Pedju dalam Sidang Paripurna Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) di Jakarta, Sabtu. Model pembangunan yang sudah diterapkan sejak Orde Baru itu menganggap tahap-tahap sebelumnya seperti lapisan keempat (skills), lapisan ketiga (creating knowledge), lapisan kedua (entrepreneurship), apalagi lapisan pertama dari pondasi piramida (social organization) bukanlah prioritas pembangunan. "Padahal Eropa Barat membangun lapisan 1, 2, 3 dan 4 itu selama ratusan tahun sejak dimulainya periode Renaisans ketika mereka dalam keadaan miskin, sehingga kini bisa berada dalam tahap teratas, yakni kesejahteraan," katanya. Sementara para arsitek pembangunan di Indonesia, berasumsi tahap-tahap 1, 2, 3, dan 4 berada dalam "black box" yang harus bisa berkembang dengan sendirinya jika ada pinjaman ditambah ada investor. Asumsinya, dengan memperbesar anggaran publik untuk investasi misalnya dengan pinjaman, maka pertumbuhan ekonomi akan tinggi dan pendapatan rumah tangga menjadi tinggi pula, ujarnya. Padahal jika mengaca pada peradaban Barat yang saat ini maju, terlihat jelas bahwa Revolusi Ekonomi baru dimulai pada akhir abad 20 setelah momentum pengembangan sains dan teknologi tercapai pada abad 19, ujarnya. "Revolusi ekonomi hanya terjadi ketika perjalanan manusia dan arus barang menjadi cepat dan singkat misalnya dengan penemuan otomotif, pesawat terbang hingga telekomunikasi, ketika industri manufaktur dan jasa berkembang pesat, seperti komputer, material baru, bioteknologi, dan lain-lain," katanya. Namun demikian, berbagai penemuan itu, lanjutnya, hanya dimungkinkan oleh keberhasilan pembangunan ilmu pengetahuan yang berada pada tahap sebelumnya. Artinya, kemajuan dan kesejahteraan harus dimulai dengan pembangunan ilmu pengetahuan dan pembangunan pendidikan, tegasnya. Ia memberi contoh China yang memulai kemajuannya dari peraturan perundangan, sektor ekonomi, pemerintah hingga semua organisasi sosialnya yang diarahkan pada pembangunan sains dan teknologi. Demikian pula India, yang karena infrastrukturnya masih buruk, memilih untuk memulai pembangunannya dari teknologi informatika hingga India dikenal sebagai negara maju di bidang teknologi informasi (TI). (*)
Copyright © ANTARA 2007