Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah berpeluang menguat kembali di tengah masih merebaknya kekhawatiran pelaku pasar atas perekonomian AS yang akan melambat dan munculnya faktor internal berupa kebijakan perbaikan investasi dari pemerintah.
Menurut Kepala Analis PT Bank Niaga Tbk, Noel Chandra, di Jakarta, akhir pekan ini, selain faktor fundamental tersebut, secara teknikal rupiah pada pekan depan juga tampak ada dukungan menguat di bawah level 9.200 per dolar AS.
Rupiah pada pekan lalu melemah hingga level 9.250, namun otoritas moneter belum melakukan intervensi di pasar uang. "Tampaknya bank sentral masih menganggap wajar pergerakan rupiah itu, meski ada keinginan pergerakan di kisaran antara 9.100-9.200 per dolar AS," katanya.
Noel memperkirakan upaya pemerintah yang ingin mendorong pertumbuhan investasi hingga 12,3 persen tahun ini dan memperbaiki iklim investasi dengan UU Penanaman Modal yang baru akan semakin meningkatkan pembelian rupiah. Hal ini memberi dampak rupiah bakal menguat ke depannya.
"Relaksasi penyaluran kredit yang diinginkan Wapres Jusuf Kalla kepada perbankan Indonesia, bila terealisasi akan menggerakkan sektor riil dan menambah kekuatan fundamental nilai tukar rupiah juga," katanya.
Sementara itu, Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, mengmukakan BI tetap menjaga rupiah untuk tidak terpuruk terlalu jauh. "Dengan dukungan BI dan membaiknya pasar regional, maka rupiah pada pekan depan akan menguat hingga berada di bawah level Rp9.200 per dolar AS," katanya.
Apalagi, menurut dia, para pelaku asing saat ini cenderung melepas mata uang dolar AS, karena ekonomi AS cenderung melambat akibat membengkaknya defisit transaksi berjalan. (*)