Jakarta (ANTARA News) - Berawal dari keprihatinannya terhadap penyebaran flu burung, Ria L. Moedomo, mahasiswi Program Doktor Sekolah Teknik Elektro dan Informatika di Institut Teknologi Bandung (ITB), berhasil menjadi pemenang untuk "Qualcomm Wireless Reach BREW (Binary Runtime Environment for Wireless) Application Funding" dan menerima pendanaan 100.000 dolar Amerika Serikat untuk sistem yang dirancangnya bersama tim dari ITB. Wanita kelahiran 5 April itu bersama anggota tim lainnya, yaitu Yusep Rosmansyah, Yoke Irawan, Tati Mengko, Sukrisno Mardianto dan Ronald Situmorang berhasil merancang sebuah sistem yang membantu pemrosesan dan analisis penjualan unggas serta proses distribusi untuk melacak dan menanggulangi flu burung. "Kami berharap sistem ini mampu membantu proses analisis penjualan dan distribusi unggas dalam penelusuran dan tindakan preventif penyebaran flu burung," kata Ria. Ria mengakui, ide awal perancangan sistem ini adalah karena keprihatinannya pada merebaknya kasus flu burung di Indonesia. "Awalnya dari sering membaca koran, di mana saat itu flu burung menjadi pemberitaan utama, akhirnya memunculkan ide untuk membuat aplikasi tersebut. Bersama-sama dengan rekan-rekan kami membuat konsep. Setelah final (konsep), kami membuat prototype dan melakukan survei ke dinas-dinas terkait," kata perempuan yang enggan menyebutkan tahun kelahirannya ini. Menurut Ria, ia mulai membuat konsep dari idenya tersebut pada September 2006 dan pada Desember, ia berhasil menyelesaikan konsep tersebut dan mengikutsertakan pada program pendanaan Qualcomm. Rancangan sistem ini berhasil meraih penghargaan bersama dengan tiga pemenang lainnya. Proyek aplikasi sistem yang bernama Poultry Sales Module in Participatory Surveillance System for Avian Influenza (RYSALEPAVIZ), kata Ria akan segera dihadirkan dalam "workshop" pada minggu depan dengan mengundang departemen terkait yaitu Departemen Perdagangan, dan Departemen Pertanian. Dia membutuhkan waktu antara 6-8 bulan untuk menganalisis desian, membuat aplikasi, uji coba dan evaluasi. Untuk uji coba, kata Ria, akan difokuskan di Bandung. "Menurut data dari dinas perdagangan ada 11 rumah pemotongan ayam di Bandung dan 466 tempat penampungan ayam," katanya. Dalam mengurangi dampak epidemi flu burung, sistem ini untuk memproses dan menganalisa penjualan serta distribusi unggas dalam suatu daerah. Perencanaan sistem mencakup penyediaan sistem atau peralatan pendukung yang lebih lengkap untuk petugas di lapangan. Tahap awal dari sistem ini yaitu fokus kepada sistem pendukung petugas lapangan dan selanjutnya sistem akan dikembangkan untuk proses surveillans keseluruhan. Ria menjelaskan, dalam sistem ini konsep yang dikembangkan adalah mekanisme `tracking` karena setiap transaksi penjualan akan dicatat oleh petugas dan dilaporkan dengan menggunakan sistem aplikasi berbasis CDMA, melalui telepon selular. "Aplikasi ini akan diterapkan pada petugas di lapangan dan kita bantu dari penyediaan informasi secara `on line`, misalnay, petugas ke lapangan dibelaki "rapid test`, handphone, juga formulir untuk diisi. Dengan adanya sistem `on line` petugas dapat langsung mengirimkan data," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007