Semarang (ANTARA News) - Pesan pendek atau "short message service (SMS)" melalui telepon selular akan terus disukai masyarakat Indonesia, karena selain biayanya murah, penggunaannya pun mudah.
Pakar multimedia, RM Roy Suryo, pada "talkshow Koran vs SMS" di Semarang, Sabtu mengatakan, tidak disemua negara, fasilitas SMS di ponsel bisa meledak seperti Indonesia.
Di Eropa sendiri, katanya, penduduk yang menggunakan SMS masih di bawah 45 persen, sedangkan Indonesia lebih dari 67 persen menggunakan SMS dibandingkan "voice".
Ia mengatakan, yang di luar negeri fitur tertentu populer belum tentu juga terkenal di Indonesia, misalnya nada sambung pribadi di luar negeri tidak terkenal, tetapi di Indonesia sangat populer.
"Mereka mengatakan, buat apa memberi fasilitas pada orang lain dan kita sendiri tidak pernah mendengarkan lagunya," kata Roy.
"Tapi layanan `password voice mail` di luar negeri sangat disukai. Mereka kalau ingin menghubungi lewat ponsel ada suara yang dikenali dulu kemudian baru diangkat. Fasilitas ini di Indonesia tidak disukai ada yang bilang, katanya mencuri pulsa," katanya.
Meskipun teknologi ponsel terus berkembang, SMS tetap menjadi aplikasi yang terus berkembang dan tidak akan mudah untuk digantikan.
Ia mencontohkan, video compac disc (VCD) lebih murah dibanding DVD, tetapi kemudahan untuk menyetel VCD di setiap pemutar atau komputer yang lama bisa dengan program "ampec" tidak akan atau akan sulit untuk digantikan DVD.
"Jadi saya kira SMS akan tetap menarik meskipun sudah ada MMS dan IMS," katanya.
Ia mengemukakan, saat ini jumlah pengguna ponsel mencapai 67 persen dari 220 juta penduduk. Jumlah pengguna ponsel sebanyak 120-140 juta orang ini hampir sama dengan jumlah penduduk yang ikut pemilu, bahkan mungkin lebih banyak karena anak-anak sekarang banyak yang bawa ponsel.
Perkembangan ponsel akan lebih pesat, karena deregulasi di bidang telekomunikasi terus digulirkan, yang akhirnya membuat tarif makin murah.
"Itu akan berkembang terus dan luar biasa kecanggihannya, seperti `notebook` dan merambah ke mana-mana. Suka tidak suka dan cepat atau lambat, orang tidak bisa lepas dari ponsel," katanya.
Menurut dia, karena teknologi SMS juga terus berkembang dan harganya kian murah, maka kondisi ini banyak menakutkan industri surat kabar.
"Bangaimana kita menyikapi masalah itu, siapa yang bangun paling pagi itu yang dapat," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007