“Lima daerah tersebut yaitu, Bangka Belitung, Batam, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Sulawesi Barat,” ujar Saleh melalui siaran pers diterima di Jakarta, Selasa.
Saleh memaparkan, diperkirakan, sumber daya thorium di Indonesia berada pada angka 140.000 ton.
Dengan demikian, Indonesia bukan hanya merupakan negara yang siap menjadi negara dengan ketahanan energi yang kuat selama lebih dari 1.000 tahun namun juga mampu memasok energi listrik secara internasional. Pembangkit listrik thorium juga lebih efisien dibanding batu bara dan uranium sekalipun.
Kalkulasinya, untuk menghasilkan 1.000 Mega Watt atau 1 Giga Watt per tahun diperlukan batu bara sebesar 3,5 - 4 juta ton, sedangkan uranium sebesar 200- 250 ton. Sementara thorium mempu menghasilkan kapasitas produksi listrik hanya dengan volume sebesar 7 ton.
Thorium sendiri merupakan limbah radioaktif yang hanya ditimbun dan belum dimanfaatkan sebagai hasil pemurnian dari timah, monazite, titanium dan zirkon.
Bila thorium dimanfaatkan, maka hal ini sekaligus menjadi implementasi paradigma waste to energy.
Lebih lanjut, Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kemenperin Harjanto mengatakan teknologi pembangkit listrik tenaga thorium saat ini sedang dikembangkan antara lain di AS, China, Kanada, Belanda, dan Perancis.
“Beberapa BUMN di Indonesia yang dimotori PT Industri Nuklir Indonesia telah melakukan kerja sama dengan sebuah perusahaan Amerika untuk melakukan pengembangan dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Thorium," ujar Harjanto,
Harjanto menambahkan, diharapkan, proyek tersebut dapat mulai beroperasi pada tahun 2022.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016