"Ada program yang sedang disiapkan oleh Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dngan membentuk semacam inkubator bagi UMKM atau perusahaan rintisan (startup company). Saat ini sedang dikaji dari sisi aturannya serta mekanismenya," ujar Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan di Jakarta, Selasa.
Nantinya, ia mengemukakan bahwa perusahaan yang masuk ke dalam inkubator itu akan diberikan pelatihan dan pemahaman untuk mengembangkan bisnisnya termasuk cara meraih pendanaan melalui pasar modal.
"Ini program jangka panjang, artinya perusahaan startup itu mungkin butuh persiapan 2-5 tahun untuk go public. Dalam masa inkubator itu, mereka berada dalam pengawasan BEI dan OJK," katanya.
Dalam masa inkubator itu, lanjut Nicky Hogan, perusahaan-perusahaan rintisan itu juga akan dipertemukan dengan investor di pasar modal. Diharapkan, nantinya investor dapat menyerap saham perusahaan itu ketika melakukan IPO.
"Jadi kami juga menyiapkan forum untuk mempertemukan perusahaan rintisan dengan investor dan pengusaha. Seperti mak comblang lah. Saat ini ada sekitar 10 perusahaan yang bersedia masuk dalam inkubator," ucapnya.
Ia optimistis program inkubator bagi UMKM dapat diimplemntasikan pada tahun ini. Melalui program itu, diharapkan dapat mendorong peningkatan jumlah perusahaan tercatat atau emiten di pasar modal Indonesia.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang UMKM Kadin Indonesia Sandiaga Uno menyambut positif program otoritas pasar modal itu karena dapat mengembangkan UMKM menjadi lebih besar yang akhirnya menopang perekonomian domestik.
"Sekarang, UMKM merupakan tulang punggung bagi ekonomi Indonesia, di kala pertumbuhan sedang melambat maka tugas kita mendorong bagaimana pemberdayaan UMKM melalui pelatihan-pelatihan, kemudahan berbisnis, serta mendorong untuk menggunakan teknologi," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016