Sinyal kenaikan suku bunga Amerika Serikat (The Fed) membuat dolar AS bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah 36 poin menjadi Rp13.609 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.573 per dolar AS.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa potensi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat yang ditargetkan pada Juni 2016 masih menjadi salah satu faktor yang menopang dolar AS terhadap mayoritas mata uang utama dunia.
"Sinyal kenaikan suku bunga Amerika Serikat (The Fed) membuat dolar AS bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, kembali melemahnya sejumlah harga komoditas dunia, terutama minyak mentah setelah Iran bersikeras tidak akan mengurangi pasokan yang ada, menambah sentimen negatif bagi mata uang rupiah.
Terpantau, harga minyak mentah dunia jenis WTI pada Selasa (24/5) pagi berada di posisi 47,92 dolar AS per barel, melemah 0,33 persen dan Brent di level 48,12 dolar AS per barel, turun 0,48 persen.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa meski dolar AS menguat namun relatif masih terbatas menyusul data manufaktur Amerika Serikat yang mengoreksi harapan kenaikan suku bunga acuan AS.
Di sisi lain, lanjut dia, pembahasan pengampunan pajak atau "tax amnesty" yang masih berlanjut, diharapkan dapat memberikan sentimen positif ke pasar keuangan domestik jika disahkan segera.
"Peluang rupiah untuk kembali bergerak ke area positif masih terbuka meski terbatas karena harga minyak mentah yang masih melemah," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016