Bangalore (ANTARA News) - India pada Minggu (22/5) melakukan persiapan akhir untuk meluncurkan model pesawat ulang-alik sebagai bagian dari upaya untuk membuat roket-roket yang bisa digunakan kembali seperti pesawat.
Pesawat ulang-alik berukuran tujuh meter milik India diperkirakan akan lepas landas dari pelabuhan antariksa di bagian tenggara negeri itu pada Senin.
Direktur badan antariksa India Devi Prasad Karnik mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa uji penerbangan dijadwalkan dilaksanakan "dalam jendela waktu peluncuran antara pukul 07.00 (0130 GMT) hingga 11.00 (0530 GMT), tergantung kondisi angin dan cuaca.”
Pesawat ulang-alik tersebut akan didorong sejauh 70 kilometer ke atmosfer menggunakan roket seberat 15 ton.
Organisasi Penelitian Antariksa India (Indian Space Research Organisation/ISRO) telah mengembangkan pesawat ulang-alik bersayap seberat 1,7 ton dengan anggaran satu miliar rupee (sekitar Rp201 miliar) selama periode lima tahun.
Pesawat ulang-alik yang disebut Reusable Launch Vehicle atau RLV-TD tersebut tidak akan bertahan pada uji penerbangan Senin, tetapi para ilmuwan berharap pesawat berikut yang dibuat enam kali lipat lebih besar pada dekade berikutnya akan bisa mendarat kembali dengan aman.
"Dalam uji penerbangan berikutnya, kami akan berupaya mendaratkan kendaraan yang dapat digunakan kembali di lokasi tertentu sehingga kami bisa menggunakannya lagi untuk meluncurkan lebih banyak satelit,” ungkap K. Sivan, direktur pusat penelitian antariksa yang mengembangkan kendaraan itu di ISRO, kepada AFP.
"Latihan (pada Senin) akan memungkinkan kami mengumpulkan data tentang kecepatan hipersonik dan pendaratan otonom" dan informasi berguna lainnya, kata Sivan.
India menghadapi kompetisi keras, termasuk dengan perusahaan-perusahaan global, yang mengembangkan roket yang bisa digunakan lagi setelah Badan Aeronautika dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengakhiri program ulang-aliknya pada 2011.
Roket yang bisa digunakan lagi akan memangkas biaya dan limbah di industri antariksa, yang baru-baru ini rugi jutaan dolar AS karena mesin-mesin yang harus dibuang setelah peluncuran.
SpaceX milik miliarder Elon Musk dan Blue Origin milik bos Amazon Jeff Bezos sudah berhasil menjalankan uji peluncuran.
Badan Antariksa Rusia, Jepang, dan Eropa juga mengembangkan teknologi yang sama dan sedang dalam tahap pengujian.
SpaceX menguji kekuatan roket Falcon 9 pada Desember sementara New Shepard milik Blue Origin sukses menyelesaikan peluncuran ketiga dan pendaratan vertikal bulan April tahun ini.
Tapi ISRO berharap mengembangkan ulang-alik hemat sendiri dalam upaya memenuhi permintaan besar dan menguntungkan dari negara-negara lain untuk mengirim satelit mereka ke orbit.
ISRO menjadi berita utama global tahun 2013 setelah sukses meluncurkan misi tak berawak ke Mars dengan biaya hanya 73 juta dolar AS, jauh lebih sedikit ketimbang ongkos misi Maven Mars NASA yang sampai 671 juta dolar AS.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016