Jakarta (ANTARA News) - Naskah drama adi karya Asrul Sani "Mahkamah" yang diangkat kembali menjadi pertunjukan teater oleh Sanggar Pelakon pimpinan Mutiara Sani telah mengalami transformasi setelah puluhan tahun "tertidur." Menurut Mutiara Sani, "Mahkamah" yang pernah ditayangkan di TVRI pada tahun 1984 dan kemudian di pertunjukan pada tahun 1988 di Gedung Kesenian Jakarta, saat ini telah mengalami beberapa perubahan. "Meskipun seting panggung saat ini minimalis namun seting panggung pada tahun 1984 dan 1988 lebih minimalis lagi," kata Mutiara Sani di TIM seusai pertunjukan Perdana Mahkamah di Taman Ismail Marjuki (TIM) Jakarta, Kamis malam. Mutiara Sani juga merasakan perubahan pada peran sutradara. "Dulu suami saya sendiri yang menyutradarai tapi sekarang oleh Jose Rizall Manua. Bagi suami saya dulu yang penting itu mampu mengucapkan (dialog) jika seseorang telah menguasai dialog, maka ia adalah artis, saat ini berbeda," kata Mutiara Sani. Kostum panggung menurut Mutiara juga berubah. "Dulu mereka yang mengadili dalam mahkamah ini berpakaian toga serba hitam, sekarang berpakaian putih dengan gaya rambut punk," kata Mutiara Sani. Bagi Sutradara Jose Rizal Manua bahwa adanya beberapa perubahan tersebut merupakan salah satu "tafsir" yang mendalam atas naskah drama tersebut sehingga sesuai dengan konteks kekinian. "Saya tetap mempertahankan keutuhan naskah," kata Jose Rizal Manua. Ia juga menyatakan bahwa tidak ada kesulitan dalam menggarap naskah drama tesebut. "Titik tolaknya adalah realis dan dibungkus dengan surialisme, saya sendiri belajar lima tahun tentang realisme di IKJ (Institut Kesenian Jakarta)," kata Jose Rizal Manua. Mahkamah merupakan adi karya Asrul Sani yang bercerita tentang pengadilan hati nurani seorang komandan pasukan yang mengeksekusi teman akrabnya sekaligus bawahannya karena menolak perintah untuk menyerang. Dalam cerita yang berdurasi 2,5 jam tersebut anak ketiga Asrul-Mutiara Sani Gibran menjadi penata musiknya. Karya yang digelar di Tim selama tiga hari Jumat, Sabtu, dan Minggu (16/3, 17/3 dan 18/3) tersebut merupakan pertunjukan untuk memperingati tiga tahun wafatnya Asrul Sani.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007