Alexandria, Mesir (ANTARA News) - Badan penyelidikan kecelakaan udara Prancis menyatakan asap terdeteksi di berbagai sudut pesawat EgyptAir MS804 beberapa saat sebelum pesawat itu jatuh ke Laut Tengah Kamis lalu.

Setelah pernyataan ini muncul berbagai analisis dari pakar penerbangan mengenai apa yang sebenarnya telah terjadi pada MS804.

Sebastien Barthe, juru bicara penyelidik Prancis membeberkan bahwa sistem deteksi otomatis pada pesawat itu telah mengirimkan pesan bahwa ada asap beberapa menit sebelum pesawat hilang dari layar radar selagi terbang di atas Laut Tengah atau Mediterania Kamis pagi-pagi buta lalu.

David Learmount, pakar penerbangan terkemuka dan editor majalah dirgantara Flightglobal, mengatakan berdasarkan laporan data Aviation Herald, dia menyimpulkan api telah menyebar cepat dalam pesawat itu.

"Pertanyaannya kini adalah apakah api yang menjadi pemicu asap sebagai akibat dari gangguan listrik, contohnya arus pendek yang disebabkan kabel yang rusak, atau apakah karena ada bahan peledak jenis tertentu atau alat pembakar yang telah digunakan," tulis dia dalam lamannya.

Dia melanjutkan, mengingat tidak ada yang mengklaim bertanggungjawab, maka belum jelas benar apakah kecelakaan itu karena kesalahan mesin atau karena serangan teror.

"Jawabannya tidak mungkin segera diketahui," kata dia.

Pakar penerbangan lainnya, Hossam Elhamy Shaker dari Mesir, mengatakan pendeteksi asap tidak menjawab misteri jatuhnya pesawat itu.

"Itu hanya mengantarkan kita kepada bagian di mana asap itu menjadi penyumbang terbesar dari kecelakaan itu, baik karena asap itu menghancurkan perangkat pesawat atau karena asap telah membuat sesak para pilot," kata dia seperti dikutip CBS News.

Sementara itu, demi mencari petunjuk yang menguatkan dugaan kecelakaan ini karena ulah teroris, penyidik terus mempelajari manifest pesawat dan menanyai para awak di darat di Bandara Charles de Gaulle Airport di Paris, tempat dari mana pesawat tinggal landas.

MS804 yang tengah meluncur normal di langit yang cerah pada malam hari menuju Kairo itu tiba-tiba membelok tajam ke kiri, lalu ke kanan, berputar-putar dan kemudian menukik dari ketinggian 38.000 kaki untuk jatuh ke laut, tanpa mengirimkan sinyal distress (tekanan).

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016