"Pada saat ini... semua teori sedang diteliti dan tidak ada yang tidak," katanya dalam konferensi pers setelah pertemuan dengan sekitar 100 kerabat penumpang pesawat A320 nahas yang meninggalkan Paris pada Kamis pagi menuju Kairo dengan 66 orang di dalamnya.
"Laporan-laporan yang beredar di sana sini, yang kadang saling bertentangan, terlalu sering menimbulkan kesimpulan yang hampir pasti," kata Ayrault, memperingatkan bahwa itu bisa menimbulkan "ketegangan yang menyakitkan" bagi keluarga korban.
"Menemukan pesawat itu tentu saja merupakan prioritas, selain menemukan kotak hitam untuk menganalisisnya, yang akan memungkinkan kita menjawab pertanyaan-pertanyaan penting," katanya, merujuk pada perekam suara dan data penerbangan.
"Target ganda" Prancis adalah memberikan solidaritas kepada keluarga namun juga transparansi... mengenai situasi hilangnya pesawat ini, kata mantan menteri luar negeri tersebut, yang didampingi duta besar Mesir untuk Prancis dalam pertemuan dengan anggota keluarga.
"Saya menegaskan keinginan otoritas Prancis untuk memberi tahu seluruh kebenaran tentang apa yang terjadi," katanya.
"Itu adalah harapan yang paling penting bagi seluruh keluarga."
Dalam pertemuan dengan keluarga penumpang EgyptAir, para penyelidik memberi tahu kerabat penumpang tentang apa yang sejauh ini diketahui dan prosedur yang dijalankan untuk mencari tahu penyebabnya.
"Metode dan prosedur identifikasi korban juga dijelaskan ke keluarga," kata Ayrault seperti dikutip kantor berita AFP.
Penumpang pesawat itu meliputi 30 warga Mesir, 15 warga Prancis, dua warga Irak, dua orang Kanada, serta warga Aljazair, Belgia, Inggris, Chad, Portugal, Saudi Arabia dan Sudan. Di antara mereka ada seorang anak lelaki dan dua bayi. Tujuh awak dan tiga personel keamanan juga ada di pesawat itu.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016