Kairo (ANTARA News) - Kendati ada kecurigaan kepada militan ISIS yang tujuh bulan lalu meledakkan sebuah pesawat di atas Mesir, belum ada satu pun kelompok teroris yang mengaku bertanggungjawab terhadap jatuhnya sebuah pesawat Airbus A320 milik EgyptAir selagi terbang dari Paris ke Kairo.

Kecurigaan ini ulah militan juga beralasan mengingat banyak kelompok garis keras di Mesir yang tengah memerangi pemerintahan Mesir dengan cara-cara teror.

Mereka angkat senjata sejak Presiden Abdel Fattah al-Sisi menggulingkan pemerintahan kubu Islam yang terpilih lewat Pemilu pada 2013.

Buktinya, Oktober tahun lalu, ISIS mengaku bertanggungjawab atas meledaknya pesawat penumpang Rusia setelah tinggal landas dari sebuah kota wisata di Mesir. Waktu itu Rusia menengarai bom telah diselundupkan masuk ke pesawat yang meledak itu.

Peristiwa itu menghancurkan industri pariwisata Mesir yang merupakan sumber devisi utama bagi negara berpenduduk 80 juta orang ini.

EgyptAir MS804 sendiri menghilang ketika bergeser dari Yunani ke wilayah udara Mesir.

Menteri Pertahanan Yunani Panos Kammenos menyatakan EgyptAir MS804 berbelok tajam dari jalur terbangnya dan turun menukik dari ketinggian 37.000 kaki sampai 15.000 kaki sebelum hilang dari layar radar Yunani.

Para pejabat sejumlah badan AS berkata kepada Reuters bahwa berdasarkan citra satelit milik AS sejauh ini tidak memperlihatkan ada tanda ledakan. Mereka mengungkapkan bahwa AS tidak mengesampingkan faktor-faktor apa pun yang menyebabkan MS804 jatuh, termasuk faktor kesalahan mesin, terorisme atau tindakan sengaja pilot atau awak.

Sementara itu tiga penyelidik dari Prancis dan seorang pakar teknis dari Airbus telah tiba di Cairo Jumat pagi kemarin, kata sumber-sumber bandara.

Adam Schiff dari Komisi Intelijen DPR AS membantah pernyataan tokoh-tokoh AS termasuk dua calon presiden Donald Trump dan Hillary Clinton bahwa terorisme kemungkinan besar ada di balik jatuhnya MS804.

"Pada titik ini, kami tetap tidak memperkuat teori bahwa terorisme telah menjatuhkan pesawat itu atau ada masalah struktural pada pesawat itu," kata dia kepada CNN.

"Tentu saja, latar belakang dari terorisme yang kita saksikan pada pesawat Rusia di Sharm el-Sheikh dan sudah berulangkalinya kita melihat bahwa tidak hanya ISIS namun AQAP (Alqaeda), masih sangat berpeluang dan sangat ingin menjatuhkan pesawat. Namun kenyataannya, kami belum punya bukti bahwa ini aksi terorisme," sambung dia.

Keluarga pilot

Organisasi-organisasi militan garis keras telah membidik bandara, pesawat penumpang dan situs pariwisata di Eropa, Mesir, Tunisia dan negara Timur Tengah lainnya selama beberapa tahun terakhir.

Khaled al-Gameel, kepala awak EgyptAir, menyatakan sang pilot pesawat, Mahamed Saeed Ali Shouqair, sudah 15 tahun berpengalaman terbang. Dia juga bertugas melatih dan mementori pilot-pilot muda.

"Dia berasal dari keluarga pilot, pamannya adalah mantan pilot terkemuka EgyptAir dan sepupunya juga pilot," kata Gameel. "Dia sangat populer dan dikenal tak segan berkorban demi menyelesaikan sengketa antar koleganya."

Laman Facebook milik Shouqair sendiri tak menunjukkan dia simpatisan islamis. Sebaliknya, laman FB milik dia berisi kritik-kritik kepada Ikhwanul Muslimin, posting berbagai artikel yang mendukung Presiden Sisi dan foto-foto dia mengenakan kacamata pilot.

Dua orang bekas penyelidik kecelakaan pesawat menyatakan daftar penyebab jatuhnya pesawat masih terbentang lebar, namun menepis unsur tindakan kesengajaan ada di balik musibah ini.

Pada 1996, sebuah penyelidikan terorisme digelar setelah jatuhnya sebuah jet jumbo milik maskapai TWA di Long Island di pantai timur Amerika Serikat, namun para penyelidik kemudian mendapati fakta bahwa penyebab pesawat jatuh ternyata tangki bahan bakar yang meledak.

EgyptAir MS804 terbang membawa 56 penumpang, termasuk seorang anak dan dua bayi, dan 10 awak. Itu sudah termasuk 30 warga negara Mesir dan 15 warga negara Prancis, bersama warga negara-warga negara lainnya dari 10 negara lainnya.

Pesawat itu telah terbang ke Tunisia dan Eritrea sehari sebelum tiba di Paris dari Kairo, dan jatuh ketika dalam penerbangan balik dari Paris ke Kairo, demikian Reuters.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016