Menurut budayawan Frans-Magnis Suseno kehadiran gelaran tersebut tepat, sebab dengan kondisi kekinian banyak pemikiran dan tindakan Mochtar Lubis yang patut diteladani.
"Saya merasa memang sudah waktunya kita ingat akan Lubis. Bagi saya Mochtar Lubis adalah seorang intelektual yang berani mengatakan yang ia anggap benar," kata Romo Magnis dalam sambutannya.
Magnis mengatakan dengan kondisi kekinian yang marak dengan aksi-aksi intoleran termasuk pada kebebasan berpendapat dan berekspresi, rekam jejak Mochtar Lubis dapat menjadi acuan tersendiri.
"Negara ini mulai mengkhawatirkan kembali, karena kebebasan menyatakan pendapat sekarang malah ditawarkan untuk dilepaskan. Di beberapa kota kepolisian justru jadi jongos kelompok intoleran yang mau didatangkan ketika mereka menolak kehadiran sesuatu," katanya.
"Lebih memalukan lagi, pimpinan universitas dan perguruan tinggi juga tunduk. Mochtar Lubis merupakan satu contoh gemilang, kita sudah waktunya menolak keinginan orang-orang yang semena-mena mengatakan apa yang boleh dilakukan dan mana yang tidak," ujar Magnis menambahkan.
Lewat acara tersebut, Pustaka Obor memajang sejumlah lukisan karya Mochtar Lubis sebagai sudut pandang lain untuk melihat karya-karya sosok yang lebih lekat dengan dunia kewartawanan dan kepenulisan itu.
"Walaupun keras, dia pada dasarnya seseorang yang hangat terlihat dengan lukisan-lukisannya yang selain mengambil pemandangan alami sebagai obyek ada juga bunga," kata Toeti Heraty Noerhadi-Rooseno, sebagai inisiator gelaran tersebut.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016