Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mendukung dan mengapresiasi inisiatif masyarakat Muslim Indonesia di Australia yang akan menggelar Konferensi Muslim di Australia. Selain dihadiri umat Islam Indonesia di Australia, konferensi yang akan digelar pada 23 – 25 September 2016 di Melbourne ini rencananya akan dihadiri juga oleh perwakilan umat Islam dunia, dan pemerintah Lokal.

“Saya sangat mengapresiasi inisiatif dan prakarsa ini. Apalagi ini merupakan konferensi umat Islam Indonesia di Australia yang pertama,” kata Menag saat menerima Project Director Konferensi Muslim Indonesia di Australia Diski Naim di kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (19/05). Kedatangan Diski untuk mengundang Menag hadir dan memberikan sambutan pada konferensi tersebut, bersama sejumlah tokoh Indonesia lainnya.

“Acara ini kami buat, karena kami ingin lebih terlihat sebagai representasi muslim yang sebenarnya. Karena selama ini, Barat melihat muslim ya Timur Tengah. Sudah waktunya kita ambil wilayah ini. Kita yang muslim, bisa hidup bercampur, berdampingan dan damai dengan siapa pun, termasuk warga lokal. Karenanya, tema yang kami angkat adalah “Living in Harmony,” demikian penjelasan Diski kepada Menag sebagaimana dikutip laman kemenag.go.id, Jumat.

Menag melihat bahwa konferensi ini sangat strategis dan relevan dengan kondisi kehidupan bermasyarakat dan bernegara saat ini, tidak hanya di Indonesia dan Australia, tetapi juga warga dunia. Apalagi, sesuai temanya “Living in Harmony”, konferensi ini mengusung semangat menebarkan Islam rahmatan lil alamin, Islam moderat yang bisa hidup di tengah keragaman. Menag Lukman pun berharap diberi kesehatan dan kesempatan untuk bisa hadir pada waktunya.

Kesempatan bertemu Menag juga dimanfaatkan Diski untuk menginformasikan kondisi terkini masyarakat Muslim Indonesia yang tinggal di Australia. Saat ini ada sekitar 15.000 Muslim Indonesia yang tinggal di Australia dari total sekitar 500 ribu populasi Mslim di sana. Dari 15.000 ribu tersebut, diperkirakan 70% tinggal di Melbourne dan Sydney.

Menurutnya, umat Islam Indonesia yang tinggal di Australia saat ini masih membutuhkan dukungan ahli agama, da’i atau ustadz dari Indonesia. Apalagi, komunitas Muslim Indonesia di Melbourne kini mempunyai 3 center (masjid) dan 15 majelis pengajian. “Jika ada mahasiswa dari IAIN atau UIN di Melbourne atau kota lain di Australia, alhamdulillah, kami terbantu, karena bisa ceramah dan dakwah yang baik. Tapi sering kali, kami sangat kekurangan da’i,” terangnya.

“Untuk akomodasi dan lain sebagainya, kami siap nanggung. Kami melakukannya dengan swadaya,” tambahnya.

Akan hal ini, Menag Lukman berharap komunitas Muslim Indonesia di Australia berkirim surat kepada Kementerian Agama agar bisa dipelajari dan ditindaklanjuti.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016