"Program studi S1 Aktuaria IPB merupakan program sarjana bidang aktuari yang pertama di Indonesia," kata Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB Prof Yonny Koesmaryono di Kampus IPB Dramaga, Rabu.
Yonny mengatakan, ahli aktuaria yang disebut aktuaris merupakan profesi yang berkembang seiring dengan semakin majunya peradaban dan semakin beragamnya kebutuhan manusia. Aktuaris sering disebut sebagai arsitek finansial atau ahli matematika sosial.
"Aktuaris mengombinasikan daya analisis dan kemampuan bisnis unik dalam menghadapi tantangan finansial dan sosial yang semakin berat di era saat ini," katanya.
Aktuaris umumnya bekerja di industri asuransi jiwa, asuransi umum, asuransi sosial, reasuransi, asuransi jiwa syariah, konsultan aktuaria, dana pensiun, investasi/bursa, keuangan/perbankan, pendidikan, konsultan manajemen, kemenkeu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
"Aktuaris menempati posisi strategis dalam industri keuangan mengingat perannya dalam memperkirakan peluang terjadinya peristiwa di masa depan beserta risiko keuangan yang menyertainya," katanya.
Seorang aktuaris, lanjutnya, membutuhkan pengetahuan memadai dalam bidang matematika, statistika, dan ekonomi. Kualifikasi bidang ilmu ini membuat aktuaris Indonesia masih rendah jumlahnya.
"Kebutuhan tenaga Aktuaris sangat tinggi membuat aktuaris dari luar negeri bekerja di Indonesia, seperti dari Singapura dan Filipina. Menghadapi MEA ini menjadi tantangan kita untuk menghasilkan tenaga-tenaga aktuaris yang handal," kata Yonny.
Menurut Yonny, IPB bersama empat perguruan tinggi lainnya mendapat mandat dari Kementerian Riset dan Teknologi, Perguruan Tinggi untuk membuku program studi Aktuaria untuk menjawab tantangan kebutuhan tenaga aktuaris dalam negeri.
"IPB tidak ditugasi sendiri, ada empat perguruan tinggi lainnya, yakni UI, ITB, UGM dan UTS. IPB perguruan tinggi pertama yang membuka program studi S1 Aktuaria. Saat ini yang baru ada S2 Aktuaria di ITB dan diploma tiga di UI," katanya.
Yonny mengatakan, pembukaan program studi baru tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Senat Akademik terhitung pada 4 Mei 2016. Prodi Aktuaria berada di bawah naungan Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
"Karena baru disetujui 4 Mei lalu, jadi untuk pendaftaran jalur SNMPT dan SBMPT sudah terlambat. Pendaftar Prodi Aktuaria dibuka melalui jalur mandiri. Kuota untuk angkatan pertama sebanyak 40 orang, satu kelas," katanya.
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Prof Sri Nurdiati mengatakan, dari laporan OJK saat ini Indonesia membutuhkan sekitar 5.000 aktuaris. Sementara itu, jumlah aktuaris yang tersedia hanya sekitar 500 an.
"Ini permintaan Kemenristekdikti kepada lima perguruan tinggi untuk menghasilkan tenaga aktuaris guna menjawab kebutuhan dunia kerja secara nasional," katanya.
Sri mengatakan, untuk kurikulum pendidikan disusun bersama IPB dan Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI). PAI juga menyalurkan beasiswa senilai Rp100 juta untuk calon mahasiswa baru yang mendaftar.
"Untuk skema pemberian beasiswa baru akan kita rancang," katanya.
Dekan Fakultas Peternakan Dr Muh Yamin menambahkan program studi lainnya yang baru dibuka yakni Teknologi Hasil Peternakan di bawah naungan Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan.
"Prodi ini dulunya sudah pernah dibuka oleh IPB tahun 2005 ada kebijakan departemenisasi, prodi bergabung ke dalam departemen IPTP," katanya.
Dari hasil kajian yang dilakukan, lanjut Yamin, minat akan program studi THT cukup diminati. Lulusannya banyak yang menjadi berwirausaha di bidang peternakan sebanyak tiga persen, dan lima persen banyak yang bergerak di pengolahan hasil ternak dan sisanya di perusahaan ternak.
"Saat ini diperlukan sarjana yang menangani hasil ternak secara spesifik, perubahan suplai dari ternak hidup menjadi ternak yang sudah diproduksi," katanya.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016