Kenaikan harga komoditas dapat berpotensi menghasilkan surplus bagi neraca non migas domestik

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah 52 poin menjadi Rp13.313 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.261 per dolar AS.

"Faktor teknikal menjadi salah satu pemicu bagi nilai tukar rupiah bergerak melemah terhadap dolar AS. Penguatan rupiah pada hari sebelumnya dijadikan kesempatan oleh sebagian pelaku pasar uang untuk ambil untung," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Rabu.

Kendati demikian, ia mengatakan pelemahan rupiah masih relatif terbatas seiring dengan harga minyak mentah dunia yang masih berada dalam tren penguatan. Kenaikan harga minyak yang meningkat memberikan sentimen positif bagi kenaikan harga komoditas lain, itu akan mendorong nilai ekspor komoditas Indonesia meningkat.

"Kenaikan harga komoditas dapat berpotensi menghasilkan surplus bagi neraca non migas domestik," katanya.

Sementara itu, harga minyak mentah jenis WTI crude pada Rabu pagi ini menguat 0,27 persen menjadi 48,44 dolar AS per barel, sedangkan minyak mentah jenis brent crude di posisi 49,38 dolar AS, menguat 0,20 persen.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa data inflasi Amerika Serikat yang di bawah estimasi pasar akan meredam sentimen kenaikan suku bunga AS dan berpotensi menahan kenaikan mata uang dolar AS lebih tinggi.

"Situasi itu dapat membuat penguatan dolar AS bergerak singkat terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016