Medan (ANTARA News) - Anggota DPR RI Trimedya Panjaitan meminta pagar yang menutupi akses masuk sekolah Citra Budaya di Kabupaten Deliserdang, Sumatara Utara, segera dibongkar.
Usai meninjau Sekolah Cinta Budaya di Deliserdang, Selasa, anggota Komisi III DPR itu mengatakan sudah mendapatkan informasi bahwa akses masuk ke sekolah itu ditutup oleh seorang mantan Pangdam I Bukit Barisan.
Trimedya meminta catatan kronologi hingga muncul persoalan tersebut untuk dicari jalan keluarnya.
Politisi PDI Perjuangan itu mengaku kaget ketika melihat plang yang bertuliskan nama mantan Pangdam yang lengkap dengan kepangkatannya tertulis di pagar itu.
"Hampir tidak pernah kita baca kata-kata seperti itu sejak reformasi, apakah itu TNI atau Polri," katanya.
Ia berhadap Kapolda Sumut Irjen Pol Raden Budi Winarso segera berkoordinasi dengan Pangdam I Bukit Barisan Mayjen TNI Lodewyk Pusung untuk menyelesaikan masalah tersebut.
"Kami memberikan kesempatan selambat-lambatnya satu bulan kepada kapolda dan wakapolda untuk menyelesaikannya. Kalau tidak, kami akan melakukan kunjungan spesifik. Ini juga akan kami sampaikan kepada Panglima TNI kalau seandainya Pangdam lamban menyelesaikan ini," katanya.
Ketika berdialog dengan pengelola dan murid-murid di sekolah swasta tersebut, Trimedya merasa prihatin karena pemagaran itu mengganggu psikologis siswa.
"Mana dong akal sehat kita, masa mau mengintimidasi siswa yang ada di sini," katanya
Trimedya Panjaitan juga mengaku sempat kaget ketika mendapatkan informasi jika pemagaran tersebut sempat menggunakan oknum TNI.
Namun, ia mengaku bergembira setelah berkomunikasi dengan Wakapolda Sumut Brigjen Pol Adhi Prawoto, yang menyebutkan tidak ada lagi oknum TNI yang menjaga pemagaran tersebut.
"Aset pribadi tidak boleh dijaga tentara, kecuali ini dianggap aset negara atau aset TNI Angkatan Darat, baru boleh memakai tentara," katanya.
Secara pribadi, Trimedya Panjaitan mengisyaratkan tidak yakin jika mantan Pangdam tersebut mau berpolemik dengan lembaga pendidikan, apalagi dikaitkan dengan jabatannya sebagai mantan pimpinan institusi militer.
"Saya jadi geli, saya khawatir beliau itu digunakan (dimanfaatkan) orang, agak kaget beliau berani pasang badan karena bisa merusak korps tentara," ujarnya.
Pewarta: Irwan Arfa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016