Dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Produk Baru Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Unej Dr Ahmad Nafik mengatakan, semua mahasiswa yang mengambil mata kuliahnya harus membuat sebuah inovasi produk pangan yang bisa dijual ke pasaran dan pameran kali ini bertema "Healthy Food and Healthy Life".
"Ada sebanyak 26 inovasi produk pangan yang dipamerkan dan sesuai dengan tema, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat produk itu harus menggunakan bahan alami, baik itu berasal dari lokal Jember maupun luar daerah," tuturnya.
Ada beragam kudapan atau makanan ringan yang dibuat dari bahan-bahan alami yang mudah didapat di Kabupaten Jember di antaranya edamame, daun kelor, cokelat, daun singkong, ubi ungu, tepung singkong (mocaf), dan jagung.
"Berbagai bahan alami tersebut diolah dan dikombinasikan dengan beragam bahan makanan lain, sehingga menghasilkan kudapan, minuman, dan camilan yang kreatif dengan memperhatikan nilai gizinya," ucapnya.
Dalam pameran inovasi produk pangan tersebut, lanjut dia, penilaian para juri berdasarkan ide, konsep, nutrisi, analisis ekonomi, mutu dan komitmen mahasiswa untuk mengembangkan hasil karyanya ke arah produk komersial atau segi bisnisnya.
"Kami berharap mahasiswa FTP dapat mengembangkan produk inovasi yang dibuat, sehingga saat mereka lulus nanti bisa menjadi wirausaha muda atau enterprenourship yang berbasis teknologi," ujarnya, menambahkan.
Ia menjelaskan pameran inovasi produk pangan FTP Unej tahun 2016 bekerjasama dengan Akademi Kuliner dan Patisseri, Ottimmo International di Surabaya, sehingga ke depan ada kerja sama yang bagus untuk mengembangkan produk pangan mahasiswa karena pihak Ottimmo memiliki jaringan pasar yang luas.
Sementara salah seorang mahasiswa FTP Unej yang membuat produk pangan berbahan daun kelor, Sofi Maratus Husna mengatakan ide untuk menggunakan daun kelor sebagai bahan substitusi dari produknya karena kelor dikenal sebagai pohon keajaiban yang memiliki banyak manfaat.
"Daun kelor diketahui mengandung lebih dari 40 antioksidan, 539 senyawa yang dikenal dengan dalam pengobatan Afrika dan India, serta digunakan untuk pengobatan tradisional untuk mencegah lebih dari 300 penyakit," tuturnya.
Ia mengatakan alasan utama digunakan daun kelor sebagai bahan baku mentah tersebut karena masih sedikitnya produk olahan makanan yang memanfaatkan daun kelor.
"Kami menggunakan daun kelor sebagai bahan baku dari produk kami karena daun kelor ini masih sangat sedikit sekali dimanfaatkan dan diolah menjadi produk makanan jadi," tambahnya.
Produk pangan itu diberi nama Moracky (Moringa Oleifera Stick Yummy) yang terbuat dari kombinasi antara tepung terigu dan tepung daun kelor yang diharapkan mampu memberikan terobosan baru di dunia kuliner.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016