Kenaikan harga minyak dunia menekan dolar AS terhadap kurs negara-negara pengekspor komoditas, termasuk IndonesiaJakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi menguat 37 poin menjadi Rp13.266 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.303 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa dolar AS mengalami tekanan terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah seiring dengan harga minyak mentah dunia yang terus mengalami penguatan.
"Kenaikan harga minyak dunia menekan dolar AS terhadap kurs negara-negara pengekspor komoditas, termasuk Indonesia," katanya.
Terpantau, harga minyak mentah dunia jenis WTI crude pada Selasa (17/5) pagi berada di posisi 48,18 dolar AS per barel dan Brent crude di level 49,22 dolar AS per barel.
Di sisi lain, lanjut dia, pelemahan dolar AS juga dipicu oleh angka empire manufacturing Amerika Serikat yang diumumkan memburuk dari 9,56 menjadi minus 9,02 pada bulan Mei 2016. Angka itu menunjukan kegiatan usaha untuk manufaktur menurun.
Dari dalam negeri, Rangga Cipta mengatakan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia yang melebar juga turut menjadi sentimen pendorong bagi mata uang domestik. Neraca perdagangan April 2016 yang melebar surplusnya membuat defisit transaksi berjalan menipis jika dilihat dari sisi kecukupan likuiditas dolar AS.
Badan Pusat Statistik (BPS) melansir bahwa neraca perdagangan Indonesia pada April 2016 mencatatkan surplus sebesar 667,2 juta dolar Amerika Serikat, yakni ekspor mencapai 11,45 miliar dolar AS sementara impornya 10,78 miliar dolar AS.
Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy menambahkan bahwa arus dana masuk ke dalam negeri yang masih tinggi turut menopang mata uang domestik. Potensi arus dana asing masuk seiring dengan penurunan peringkat utang di negara berkembang seperti Brasil, Rusia, dan Afrika Selatan.
"Potensi arus dana asing masuk ke dalam negeri akan semakin besar jika Indonesia masuk menjadi investment grade oleh Standard & Poors (S&P) pada tahun ini," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016