Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan untuk dapat menopang target pertumbuhan ekonomi dalam tahun 2007 sebesar 6,3 persen dari PDB, maka pertumbuhan investasi harus mencapai 12,3 persen. "Berdasar itung-itungan, kalau kita ingin pertumbuhan ekonomi 6,3 persen di tahun 2007, maka pertumbuhan investasi yang bisa menopang target itu adalah 12,3 persen," kata Sri Mulyani di Jakarta, Kamis. Menurut dia, angka itu dengan catatan bahwa konsumsi masyarakat tumbuh 5,1 persen, konsumsi/belanja pemerintah tumbuh sekitar 8,9 persen, peningkatan ekspor sama dengan 2006 yaitu 9,9 persen. Peningkatan ekspor pada 2006, menurut Sri Mulyani, cukup menggembirakan tetapi yang sangat mengecewakan adalah pertumbuhan investasi yang sangat rendah. "Padahal investasi inilah yang sebenarnya disebut-sebut sebagai pendorong sektor riil. Pertumbuhannya tahun lalu (2006) hanya 2,91 persen, padahal tahun 2005 mencapai 10,8 persen," katanya. Ia menyebutkan selama ini sektor manufaktur memberikan kontribusi cukup besar kepada pertumbuhan investasi di tanah air, namun dalam 2 tahun terakhir (2005 dan 2006) sektor itu hanya tumbuh 4,6 hingga 4,7 persen. "Secara tradisional sektor inilah yang memberikan kontribusi pada pertumbuhan investasi. Selain itu, sektor ini juga menyediakan banyak sekali lapangan pekerjaan," katanya. Sebelum krisis tahun 1998, pertumbuhan sektor manufaktur mencapai di atas 8 persen. Untuk menopang pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen pada 2007, Menkeu menginginkan pertumbuhan investasi sektor manufaktur di atas 7 persen atau paling tidak mencapai 7,2 persen. "Jadi untuk menopang pertumbuhan investasi 12,3 persen, investasi harus disalurkan ke sektor manufaktur dan sebagian ke sektor-sektor seperti konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan, dan telekomunikasi," katanya. Sri Mulyani menyebutkan untuk mencapai pertumbuhan investasi hingga 12,3 persen pada 2007, maka diperlukan pembentukan modal tetap bruto sekitar Rp989 triliun. Pemerintah bersama dengan BUMN yang menggandeng mitra swasta melalui public private partnership (PPP) diperkirakan akan menyumbang sekitar 35 persen dari Rp989 triliun itu. Sementara kalangan perbankan diperkirakan hanya mampu memberikan kontribusi antara Rp96 triliun hingga Rp100 triliun atau sekitar 60 persennya. "Lainnya diharapkan melalui penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri, melalui pasar modal, dan lainnya," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007