Antrenya tadi sekitar satu jam, baru bisa naik lift ke atas.
Jakarta (ANTARA News) - Wisata malam di puncak Monas pada ketinggian 115 meter menyuguhkan pemandangan 360 derajat kota Jakarta yang indah dengan lampu-lampunya.
Di pelataran yang mampu menampung sekitar 50 orang itu, empat teropong di setiap sudut untuk melihat pemandangan Kota Jakarta.
Di kawasan Jakarta Pusat, Gedung Menara BCA dan Plaza UOB terlihat tanpa teropong. Saat mencoba menggunakan teropong, tulisan Ciputra World yang terdapat pada Lotte Shopping Avenue di Jakarta Selatan terlihat sangat jelas.
Di wilayah Jakarta Barat, layar LCD raksasa milik Taman Anggrek menarik mata. Bahkan, dengan mata telanjang tulisan pusat perbelanjaan yang berlokasi di Tanjung Duren itu masih terbaca. Gedung-gedung bertingkat di daerah Ancol, Jakarta Utara, juga tertangkap mata.
Sayangnya, saat itu langit mendung, sehingga tidak ada cahaya yang menghiasi langit kota Jakarta. Namun, lampu-lampu pesawat yang hendak mendarat maupun yang baru saja lepas landas dari bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, cukup mewarnai langit malam itu.
"Kalau begini (dilihat dari atas), Monas benar-benar pusat Jakarta, seluruh kota Jakarta kelihatan semua," kata Nur Habibah, pengunjung asal Medan yang sudah tiga tahun merantau di Jakarta.
Dengan hanya mengeluarkan uang Rp 5.000 sebagai tiket tanda masuk, dan Rp 10.000 untuk menuju pelataran Puncak Monas, Wisata Malam Monas menjadi alternatif menarik untuk menghabiskan waktu, atau sekedar jalan-jalan, dan menikmati indahnya Jakarta di kala malam.
Wisata ke Puncak Monas yang sebelumnya hanya buka hingga pukul 16.00 WIB, sejak 5 April dapat dinikmati hingga 22.00 WIB.
Wisata Malam Monas buka sejak Selasa hingga Minggu setiap pekan sedangkan Senin tutup untuk pemeliharaan dan perawatan rutin.
Antaranews yang mencoba Wisata Malam Monas pada Minggu (15/5) 19.00 WIB tiba di kawasan itu.
Antrean mobil yang berjejal masuk mengular hingga jalan Medan Merdeka Selatan.
Memasuki pelataran Monas, banyak muda-mudi duduk untuk sekedar menikmati keindahan monumen yang mulai dibuka untuk umum pada 18 Maret 1972 itu.
Tidak hanya anak muda, sebagai landmark Jakarta, Monas juga milik segala usia. Banyak orang tua yang datang bersama anaknya. Mereka duduk, sembari mengawasi anak-anak mereka yang berlarian, bermain di pelataran Monas.
Tidak ada yang berbeda dari Monas, kecuali antrian panjang lift untuk menuju Pelataran Puncak Monas yang biasa ditemukan saat siang hari.
Berjalan mengitari pelataran Monas, sedikit sulit untuk menemukan cara masuk ke Puncak Monas, terlebih bagi para pengunjung yang baru pertama kali berkunjung ke Monas.
Hal itu karena tidak ada petunjuk arah panah menuju Puncak Monas di monumen yang rancang bangunnya dibuat oleh arsitek terkenal Indonesia, Soedarsono, tersebut.
Media Edukasi
Setelah membeli tiket, dan menelusuri terowongan berlapis marmer, pengunjung akan disambut dengan ruang sejarah yang membangkitkan nasionalisme.
Ruang Kemerdekaan berbentuk amphi-theater yang terletak di dalam cawan tugu, terdapat atribut kemerdekaan meliputi kepulauan Negara RI, Lambang Negara Bhineka Tunggal Ika dan pintu Gapura yang berisi naskah Proklamasi Kemerdekaan.
Di ruangan ini pengunjung juga dapat mendengarkan rekaman suara Bung Karno saat membacakan Proklamasi.
Ada pula ruang museum sejarah yang terletak tiga meter di bawah permukaan halaman tugu memiliki ukuran 80x80 meter. Dinding serta lantai ruangan itu pun semuanya dilapisi batun marmer.
Di dalam ruangan itu, pengunjung dapat menyaksikan 51 jendela peragaan (diorama) yang mengabadikan sejarah bangsa Indonesia.
Menuju Puncak Monas
Untuk mencapai Puncak Monas, pengunjung harus menggunakan elevator tunggal yang berkapasitas 11 orang. Tidak heran jika antrian lift mengular.
Untuk menuju pelataran puncak Monas pengunjung juga harus kembali membeli tiket.
"Sudah menunggu antrian lift ternyata harus beli tiket lagi untuk Puncak Monas, untung sama teman jadi ada yang menunggu antrian, informasinya kurang," kata Siti Rahma, pengunjung asal Aceh.
"Antrenya tadi sekitar satu jam, baru bisa naik lift ke atas," sambung dia, yang ditemui ANTARA News, Minggu (15/5), setelah turun dari Puncak Monas.
Panjangnya antrean membuat tidak sedikit pengunjung duduk lesehan.
Tidak lebih dari satu menit berada di dalam lift yang hanya memiliki tiga pilihan lantai yaitu pertama lantai dasar, kedua Cawan Monas, dan ketiga Puncak Monas, sampailah di pelataran Puncak Monas.
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016