"Kami masih melakukan penyelidikan terhadap perkara ini. Namun, kami juga telah melakukan olah TKP dan memeriksa sejumlah saksi," kata Kepala Bidang Humas Polda Riau, AKBP Guntur Aryo Tejo di Pekanbaru, Senin.
Ia menjelaskan dari keterangan sejumlah saksi diketahui bahwa peristiwa yang terjadi pada Minggu lalu (15/5) berawal saat Santoso (45) memukuli dua orang siswa SMP tanpa alasan yang jelas.
Kedua remaja tersebut dipukul di beberapa tempat. Lokasi pertama di sebuah lapangan bola desa setempat dan pemukulan kembali dilakukan di sebuah warung tuak (minuman tradisional beralkohol).
"Setelah dianiaya di lapangan bola, kedua remaja itu kembali dibawa paksa ke warung tuak dan dipukuli hingga mengalami sejumlah luka terutama bagian wajah," jelasnya.
Berawal dari kejadian itu, ratusan warga yang mendengar aksi pemukulan itu langsung mendatangi Santoso di rumahnya. Bukannya meminta maaf, Santoso justru menantang warga yang datang untuk diajak berduel satu per satu.
Bahkan, Santoso juga mengancam akan menembaki satu per satu warga yang berani mendekat ke dalam rumah. Mendengar pernyataan Santoso, warga menjadi semakin marah dan mengejar ke dalam rumahnya.
Santoso sempat berusaha kabur dengan cara memanjat atap rumah. Namun, warga yang tersulut emosi terus mengejarnya hingga akhirnya tertangkap dan dihakimi hingga tewas.
Menyadari bahwa Santoso tewas, warga pun mulai beranjak pergi dan meninggalkannya di rumah tersebut. Petugas yang mendapat informasi itu langsung bertindak cepat dengan memasang garis polisi di sekitar TKP. Sementara, keluarga Santoso menolak untuk dilakukan otopsi atas apa yang telah menimpa Santoso.
Hingga saat ini polisi masih terus melakukan penyelidikan dan memeriksa saksi-saksi atas peristiwa itu.
Pewarta: Fazar Muhardi & Anggi Romadhoni
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016