"Saya tidak melakukan analisas, tapi saya punya data. Dari data yang saya absen tahun 2000 sejak Menteri Pemberdayaan Perempuan zaman Gus Dur, ketika anak-anak akses konten video porno, maka 67 persen sampai 75 pesen itu potensial addicted (kecanduan)," katanya dalam satu abad Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas di Jombang, Minggu.
Ketika anak-anak sudah kecanduan menonton pornografi, maka yang semula tabu pun dianggap menjadi biasa dan lebih parah lagi 39-49 persen anak menirukan konten pornografi yang mereka lihat.
"Tinggi sekali pengaruh akses terhadap konten video porno dengan addicted menonton," ujarnya.
Khofifah menceritakan dialognya dengan pelaku asusila yang berujung pada pembunuhan YY, seorang siswi SMP di Bengkulu, di mana ternyata para pelaku yang masih remaja dan di bawah umur itu mengakui menonton video porno dengan menggunakan telepon seluler.
Mereka ramai-ramai menontonnya sembari minum tuak. Anak-anak yang berusia lebih muda diancam oleh yang lebih dewasa untuk melakukan perbuatan kekerasan.
Khofifah mengatakan, sebenarnya Menkominfo sudah memblokir 750 ribu situs porno dan akan berupaya lebih keras lagi agar kejahatan kekerasan dan asusila bisa dicegah.
Ia mengatakan, kasus asusila harus ditangani dari hulu sampai hilir. Dari hilir berupa pemberatan hukuman dan adanya hukuman tambahan, sedangkan pada hulu dengan mendekatkan lagi layanan dan tempat pengaduan.
Kementerian sosial juga berupaya melakukan pendampingan kepada korban, keluarga korban, dan juga pelaku.
Khofifah berharap, orangtua lebih dekat lagi kepada anak-anaknya dan mempunyai keterampilan pengasuhan sehingga bisa terus mendampingi anak-anak mereka.
Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016