Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Rachmat Gobel mengatakan pemerintah perlu memberi perhatian khusus kepada investor lama yang memiliki rekam jejak bagus agar mereka terus menambah investasi di dalam negeri. "Pemerintah kita harus fokus dengan investor yang sudah ada. Apalagi di tengah sulitnya menarik investor asing," kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri, Teknologi, dan Kelautan, Rachmat Gobel, di Jakarta, Kamis. Hal itu dikemukakannya usai peletakan batu pertama pembangunan pabrik kedua baterai lithium PT Panasonic Gobel Battery Indonesia (PGBI) dimana ia menjadi Preskomnya. Dikatakannya saat ini sebagian besar perusahaan multinasional besar terutama di bidang elektronik dan otomotif sudah ada di Indonesia. "Kalau mereka diperhatikan, saya rasa mereka akan meningkatkan investasi. Hari ini buktinya," ujar Rachmat. Menurut Preskom PGBI itu, setelah kedatangan Menperin Fahmi Idris ke pabrik baterai Matsushita (pemegang merek Panasonic) di Jepang sekitar November 2006 lalu, pihak Matsushita akhirnya memilih Indonesia dibandingkan negara ASEAN lainnya untuk menambah produksi baterai lithium yang akan dipasok ke seluruh dunia. "Kalau dari segi biaya mungkin, ada negara lain yang lebih murah. Tapi berkat lobi kami bersama pemerintah, mereka (Matsushita) berhasil diyakinkan menambah investasi di Indonesia," ujarnya. Rachmat mengaku iri dengan perlakukan pemerintah yang secara besar-besaran menawarkan insentif kepada calon investor baru yang belum tentu datang dan belum jelas komitmennya mengembangkan industri di dalam negeri. "Jangan justru investor baru yang belum jelas komitmennya diberi `karpet merah` dengan berbagai insentif. Kalau investor lama malah tidak dipikirkan, nanti lama-lama mereka malas di sini karena mendingan menjadi pemain baru di negara lain yang perlakuannya lebih menarik dan dapat `karpet merah` juga," ujar Rachmat. Ia menilai setidaknya investor lama yang memiliki rekam jejak yang bagus mendapat kemudahan dalam mempertahankan dan pengembangan usaha mereka. Kemudahan dan insentif yang diberikan, kata dia, setidaknya bisa belajar dari negara pesaing di ASEAN. "Paling tidak (kemudahan dan insentif kepada investor lama) sama dengan negara pesaing kita," ujarnya. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah membuat klasifikasi investor sesuai dengan rekam jejak pengembangan usaha mereka di Indonesia, sehingga perlakuan khusus diberikan secara proporsional sesuai dengan kontribusi dan prestasi perusahaan tersebut di negara ini. Menanggapi hal itu, Menperin Fahmi Idris mengatakan kelak pada Undang-Undang Penanaman Modal yang baru akan terbuka peluang untuk industri yang pioner dalam produksi barang atau pioner dalam penggunaan teknologi akan mendapat insentif.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007