Bayangkan bakteri Propionibacterium dan Staphylococcus sebagai penyeimbang kesehatan rambut. Ketika kedua bakteri itu saling mengendalikan, maka ketombe tidak akan muncul.
Namun, ketika salah satu bakteri mendominasi, bintik-bintik putih mulai berkembang biak, kata tim peneliti Tiongkok dan Jepang.
Ketombe adalah gangguan kulit yang paling umum terjadi, dan dianggap sebagai kutukan bagi sekitar separuh penduduk dunia.
Namun, beberapa ahli telah menegaskan penyebab dan kemungkinan penyembuhannya.
"Mikroorganisme pada kulit kepala - khususnya jamur - diduga menjadi penyebab utama berkembangnya ketombe," tulis mereka dalam penelitian yang dipublikasikan di Nature Group's Scientific Reports.
Sebuah tim yang dipimpin oleh Zhang Menghui dari Shanghai Jiao Tong University mengisolasi beberapa variabel ekosistem pada kulit kepala manusia untuk melihat interaksi beberapa organisme.
Partisipan diminta untuk mencuci rambut mereka 48 jam sebelum tes, dan sampel ketombe diambil dari delapan area berbeda pada kulit kepala.
"Secara keseluruhan, jamur tidak menampakkan peran penting sebagai penyebab timbulnya ketombe," menurut kesimpulan mereka.
"Hubungan antara bakteri dan ketombe secara signifikan lebih kuat."
Namun, para ilmuwan juga mencatat bahwa prevalensi partikel putih lebih tinggi ketika rasio kedua bakteri diubah.
"Penelitian ini menunjukkan bahwa menyesuaikan keseimbangan bakteri pada kulit kepala… mungkin menjadi solusi untuk mengurangi ketombe," demikian kesimpulan mereka, seperti dikutip dari AFP.
Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016