Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memperkirakan neraca pembayaran Indonesia bisa mengalami surplus untuk keseluruhan tahun 2016, meskipun pada triwulan I masih tercatat negatif.
"Perkiraan satu tahun neraca pembayaran itu akan positif," kata Agus saat ditemui seusai rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Jumat.
Agus menjelaskan neraca pembayaran pada triwulan I masih tercatat defisit karena adanya tekanan dari neraca transaksi berjalan, meskipun neraca transaksi modal dan finansial mengalami surplus karena membaiknya prospek ekonomi domestik dan pelonggaran kebijakan moneter di negara maju.
"Kita melihat itu sebagai hal yang wajar karena memang ada transaksi berjalan yang defisit dan transaksi modal finansial yang tidak cukup untuk menutup defisit," katanya.
BI mencatat neraca pembayaran Indonesia pada triwulan I-2016 tercatat defisit 0,3 miliar dolar AS. Sedangkan, posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2016 tercatat 107,5 miliar dolar AS yang cukup membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 7,7 bulan.
Defisit neraca pembayaran terjadi karena neraca transaksi berjalan yang masih mengalami defisit, meskipun neraca perdagangan diproyeksikan menyumbang surplus pada triwulan I-2016 karena penurunan impor nonmigas.
Defisit neraca transaksi berjalan menurun dari sebelumnya 5,1 miliar dolar AS atau 2,4 persen terhadap PDB pada triwulan IV-2015 menjadi 4,7 miliar dolar AS atau 2,1 persen terhadap PDB pada triwulan I-2016.
Perbaikan kinerja neraca transaksi berjalan ini juga didukung oleh berkurangnya defisit neraca jasa karena turunnya impor barang dan pengeluaran wisatawan nasional selama melakukan kunjungan ke luar negeri.
Namun neraca transaksi modal dan finansial triwulan I-2016 tercatat surplus hingga 4,2 miliar dolar AS, yang didukung oleh masuknya aliran modal investasi portofolio antara lain dari penerbitan sukuk global pemerintah, SBN berdenominasi rupiah dan saham serta investasi langsung.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan salah satu hal yang bisa membuat neraca pembayaran kembali surplus di sepanjang 2016, adalah kebijakan pengampunan pajak karena repatriasi dana dari luar negeri bisa berdampak positif ke neraca transaksi modal dan finansial.
"Makanya kita butuh inflow, perlu tax amnesty," kata Bambang.
Untuk itu, Bambang mengatakan sudah melakukan komunikasi dengan sektor perbankan terkait instrumen repatriasi yang disiapkan pemerintah, agar dana yang kembali ini bisa bertahan lebih lama tinggal di Indonesia.
"Intinya kalau instrumennya hanya deposito, itu akan merepotkan perbankan. Jadi akan dibuat skema bermacam-macam instrumen, terkait antara SBN, saham dan instrumen perbankan lainnya," ujarnya.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016