Pangkalpinang (ANTARA News) - Dari penelitian yang dilakukan terhadap 16.950 balita di enam kabupaten dan satu kota tahun 2006 lalu, sebanyak 186 orang diantaranya atau 1,1 persen diketahui kurang gizi didasarkan ukuran berat badan dan usia yang mengacu pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Kepala Subdinas promosi kesehatan Dinas Kesehatan propinsi kepulauan Bangka Belitung, H. Sofiandi SKM, Msi, Kamis, menyatakan, angka balita gizi buruk tersebut relatif kecil dan berada di bawah rata-rata nasional. Dari 186 balita itu tidak satupun balita yang dilaporkan menderita marasmus (Busung lapar) dengan ciri-ciri, perut buncit, rambut jarang dan tegak-tegak, kulit tangan keriput, serta mata cekung. "Bisa saja kasus marasmus belum ada tapi mungkin juga ada, tapi tidak dilaporkan. Yang jelas, marasmus pernah dialami balita di Babel dan akhirnya penderita meninggal setelah menderita tallasemia," ujarnya. Balita-balita yang kurang berat badan itu, nantinya akan dibantu pemerintah dengan memberikan makanan padat gizi. Balita kurang gizi mengakibatkan pertumbuhan otak yang bersangkutan menjadi terhambat yang berpengaruh pada tingkat kecerdasaran. Bila kondisi itu dibiarkan maka sianak akan menjadi orang dengan otak bodoh hingga terus menjadi beban keluarga seumur hidupnya. Kasus kurang gizi harus diatasi oleh pemerintah dan terutama orang tua si balita sendiri. Ia menyatakan, bila orang tua memperhatikan anak-anaknya dan bekerja sungguh-sungguh untuk mereka, tentunya tidak akan ada lagi balita yang kurang gizi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007