"Terkait klaim mengklaim, Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada lagi yang main klaim sampai berbau politis dan saya kira itu sangat baik karena kasihan para sanderanya. Sudah berbulan-bulan jadi sandera tersiksa lalu ada pihak lain ribut tentang mengklaim, " ujar dia usai bertemu delegasi Sekolah Tinggi Negarawan, di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis, seperti dalam keterangan tertulis MPR.
Menurut politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, upaya pembebasan sandera merupakan ujian ketulusan untuk saling tolong menolong.
"Tapi dari kabar dan berita masih saja muncul di beberapa media, ternyata ada yang membayar tebusan. Nah ini menurut saya harus dipastikan, pemerintah Indonesia penting untuk menelusurinya Siapa yang membayar, sampai dengan 50 juta peso," kata dia.
"Tapi dari kabar dan berita masih saja muncul di beberapa media, ternyata ada yang membayar tebusan. Nah ini menurut saya harus dipastikan, pemerintah Indonesia penting untuk menelusurinya Siapa yang membayar, sampai dengan 50 juta peso," kata dia.
Kalau itu terjadi, lanjut Hidayat, sangat tidak sesuai dengan kebijakan dari pemerintah. Dia menilai pemerintah perlu mengklarifikasi hal ini. Sebab, jika ada pembiaran bayar-membayar seperti ini dikhawatirkan akan menumbuhsuburkan kelompok separatis.
"Mereka kemudian untuk berikutnya akan menyandera lagi, merampok lagi dan itu akan bermasalah. Jadi menurut saya dengan adanya informasi dari media di Filipina bahwa ada pembayaran sampai dengan 50 juta peso itu harus diklarifikasi pemerintah dan pemerintah harus menegaskan bahwa tidak pernah menjadi kebijakan pemerintah dan pemerintah tidak setuju dengan hal-hal seperti itu," pungkas Hidayat.
"Mereka kemudian untuk berikutnya akan menyandera lagi, merampok lagi dan itu akan bermasalah. Jadi menurut saya dengan adanya informasi dari media di Filipina bahwa ada pembayaran sampai dengan 50 juta peso itu harus diklarifikasi pemerintah dan pemerintah harus menegaskan bahwa tidak pernah menjadi kebijakan pemerintah dan pemerintah tidak setuju dengan hal-hal seperti itu," pungkas Hidayat.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016