"BI harus tetap waspada karena kebijakan yang berlebihan bisa memicu risiko kenaikan inflasi dalam jangka menengah," katanya dalam acara HSBC Economic Outlook 2016 berjudul "ASEAN Economic Community: Indonesia to Punch Above Its Weight" di Jakarta, Kamis.
Namun, pihaknya memuji BI yang telah melengkapi berbagai langkah pemerintah melalui kebijakan tingkat suku bunga dan pemotongan Giro Wajib Minimum (GWM).
"BI telah memotong suku bunga hingga 75 basis poin dan GWM sebesar 150 basis poin sejak November 2015," tuturnya.
Selain itu, ia juga mengapresiasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang meminta bank untuk menurunkan suku bunga kredit hingga 400 basis poin tahun ini dari sekitar 13 persen menjadi 9 persen.
"Bahkan jika hanya seperempat dari target ini yang terealisasi, hal itu masih secara signifikan menurunkan biaya pinjaman yang pada gilirannya akan membantu menggaraihkan perekonomian," ucap Su Sian Lim.
Ia mengatakan biaya pinjaman yang lebih rendah penting untuk pembiayaan proyek-proyek infrastruktur dan tentunya sangat menguntungkan dunia bisnis.
"BI telah memotong suku bunga hingga 75 basis poin dan GWM sebesar 150 basis poin sejak November 2015," tuturnya.
Selain itu, ia juga mengapresiasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang meminta bank untuk menurunkan suku bunga kredit hingga 400 basis poin tahun ini dari sekitar 13 persen menjadi 9 persen.
"Bahkan jika hanya seperempat dari target ini yang terealisasi, hal itu masih secara signifikan menurunkan biaya pinjaman yang pada gilirannya akan membantu menggaraihkan perekonomian," ucap Su Sian Lim.
Ia mengatakan biaya pinjaman yang lebih rendah penting untuk pembiayaan proyek-proyek infrastruktur dan tentunya sangat menguntungkan dunia bisnis.
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016