Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengakui sulit untuk mempromosikan Islam moderat di Afghanistan, karena banyak faktor yang tumpang tindih di Negeri Mullah itu.

"Sulit sekali di sana karena konfliknya sudah tumpang tindih ada perang, ekonomi, paham religi, pertikaian antarsuku. Di sana tidak mengenal nasionalisme dan perbedaan. Karena nasionalis dianggap sekuler dan kebarat-baratan," katanya di Jakarta, Rabu.

Said mengharapkan Indonesia harus dapat menjadi teladan bagi negara lain seperti Afghanistan dalam menerapkan Islam moderat yang bersanding dengan nasionalisme. Indonesia mampu memberi contoh bahwa dalam perbedaan pendapat tidak akan menjadi sebab pertumpahan darah.

Menurut Said, terjadi banyak perselisihan berdarah di negara-negara yang masyarakatnya mayoritas Islam hanya disebabkan oleh perbedaan latar belakang suatu individu atau kelompok. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di Indonesia.

"Oleh karena itu, kami menyebarkan Islam Nusantara. Ini bukan madzhab, tapi semacam tipologi Islam dari Wali Songo yang menyebarkan Islam dengan pendekatan budaya dan akhlak yang mulia sehingga umat lainnya tertarik untuk mempelajari dan menghormati," kata dia.

Pola dakwah Wali Songo, lanjut dia, adalah dengan mencintai sesama manusia dan menciptakan kehidupan yang selaras antara agama, sosial dan budaya. Dengan begitu, tidak terjadi pertumpahan darah jika memang terdapat perbedaan di antara masyarakat, sekalipun berbeda keyakinan.

"Puncaknya saat keteladanan Hasyim Asyari, Gus Dur dengan Islam dan nasionalismenya yang tidak bisa dipisahkan," kata dia.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016