Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore melemah 26 poin menjadi Rp13.304 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.278 per dolar AS.

"Melemahnya harga minyak mentah dunia menjadi salah satu faktor yang menekan mata uang di negara-negara penghasil komoditas seperti rupiah," kaya Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta.

Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Rabu sore ini, berada di level 44,29 dolar AS per barel, turun 0,83 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 45,34 dolar AS per barel, melemah 0,40 persen.

Di sisi lain, lanjut dia, belum membaiknya ekonomi negara maju menambah sentimen negatif bagi mata uang di negara berkembang. Tiongkok memberikan gambaran yang beragam terhadap tekanan deflasi, sementara Jepang menegaskan tekadnya mengintervensi pasar uang di tengah kondisi pemulihan yang masih rapuh.

Namun, menurut dia, meredupnya peluang bank sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menaikan suku bunga acuannya pada bulan Juni nanti menahan penguatan mata uang dolar AS lebih tinggi terhadap rupiah.

"Faktor eksternal cukup mendominasi fluktuasi mata uang rupiah masih dalam kisaran yang stabil," katanya.

Sementara itu, pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova mengharapkan bahwa rencana pemerintah yang akan kembali mengeluarkan paket kebijakan ekonomi dapat memberikan sentimen positif bagi mata uang domestik.

"Paket kebijakan yang telah dikeluarkan juga diharapkan segera dirasakan dampaknya," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (11/5) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.271 dibandingkan posisi sebelumnya (Selasa, 10/5) di level Rp13.333 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016