Jakarta (ANTARA News/Reuters) - Para analis militer Israel meyakini pasukan darat Israel akan menghadapi perlawanan sengit dari kasbah (rumah) ke kasbah dan lorong demi lorong di Gaza di mana kebanyakan dukungan tempur udara tidak efektif dan di mana para pejuang Palestina akan mudah melakukan taktik penyergapan serang dan lari.
Menguasai Gaza berarti membutuhkan kekuatan setara saat negara Yahudi itu menduduki satu wilayah Mesir dalam Perang 1967 dan kemudian baru keluar pada 2005, padahal para pemimpin Israel tidak berniat menguasai kembali Gaza karena mereka hanya ingin menggulingkan Hamas.
Tujuh tentara Israel terbunuh dalam ofensif yang menewaskan lebih dari 640 warga Palestina yang seperempat darinya adalah warga sipil, sedangkan roket-roket Palestina yang menjadi alasan Israel menyerang Gaza, telah membunuh empat warga sipil Israel.
Israel menyatakan, tentaranya telah membunuh 130 gerilyawan sejak serangan Sabtu sehingga total warga Palestina tewas sejak 27 Desember mendekati 770 orang dan masih banyak yang tergeletak di medan perang.
Menurut satu sumber Israel yang mengikuti rapat keamanan dalam kabinet, serangan darat pendahuluan telah dieksekusi dengan baik namun para komandan militer Israel kecewa mereka menemukan kenyataan perlawanan Palestina relatif kecil.
"Asumsinya adalah tentara kami bisa memancing musuh ke wilayah terbuka di mana kami bisa memusnahkannya, namun jumlah mereka tidak sebesar yang kami kira. Melancarkan serangan di wilayah padat penduduk adalah tugas sangat berat," kata sang sumber.
Senin lalu juru bicara Hamas Abu Ubaida menantang Israel, "Kami menunggumu Zionis, ribuan pejuang tangguh menanti kalian di setiap jalan, setiap lorong dan setiap rumah, dan mereka akan meladeni kalian dengan besi dan tembakan."
Diskusi
Para pejabat Israel akan berdebat Rabu ini mengenai apakah pasukan mereka mesti menyerbu pusat kota-pusat kota di Jalur Gaza, sebuah puncak ofensif militer yang telah berumur 11 hari, demikian sumber politik di Israel.
Untuk memperluas serangan udara selama semingu, pasukan darat Israel beserta tank-tanknya menginvasi wilayah yang dikuasai Hamas itu Sabtu pekan lalu dan menghadapi perlawanan sengit dari gerilyawan Palestina namun belum memutuskan memasuki pusat kota Gaza atau wilayah-wilayah padat penduduk lainnya.
Israel menyebut serangan darat pemula ini adalah "tahap kedua" dari operasi militernya di gaza tanpa menyebutkan tahap berikutnya. Agresi Israel ini mendorong dunia internasional agresif mengupayakan gencatan senjata di mana Hamas akan menghentikan serangan roketnya ke luar perbatasan Gaza.
Tim pertahahan pada kabinet Perdana Menteri Ehud Olmert, sedang mendiskusikan "tahap ketiga" operasi militer dan mungkin yang terakhir, ungkap dua sumber Israel, kendati para menteri berbeda pendapat mengenai rencana itu.
"Rencananya adalah masuk ke pusat-pusat kota (di Gaza)," kata salah satu sumber yang menolak menyebutkan namanya.
Penundaan keputusan akhir mengenai rencana serangan tahap ketiga ini akan memberi cukup waktu pada Israel guna menyiagakan pasukannya jika prakarsa damai usulan Mesir menemui kegagalan.
Juru Bicara PM Olmert, Mark Regev, menolak mengomentari pertemuan kabinet hari ini dan hanya mengatakan, "Kami tidak sepenuhnya membicarakan agenda-agenda keamanan." (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009
Majalah Inggris “Time” pada pekan ketika dirilisnya resolusi menulis, “Serangan Israel sudah pasti tidak akan mencapai sasaran dan tidak akan mampu menghalangi serangan roket Hamas; bahkan orang-orang Arab seperti Mesir dan Arab yang mendukung serangan Israel kepada Hamas kini, secara diplomatik, terpaksa mundur dari posisinya saat ini.”
Nggak ada ! Pemerintah Palestina nggak membela Hamas !
Kenapa nggak bela Hamas ?
Makanya baca & pelajari !
Jangan asal njeplak aja !
Masyarakat muslim Palestina di Tepi Barat aja nggak bela Hamas, kok orang Indonesia pada daftar jihad ke sana. Pakai otaknya, jgn cuma sok tahu . . . . .