"Nilai tukar rupiah melemah sejalan dengan penguatan dolar AS di pasar kawasan Asia serta harga minyak mentah dunia di pasar global yang bervariasi," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta.
Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Selasa pagi ini, berada di level 43,28 dolar AS per barel, turun 0,37 persen. Sementara jenis Brent Crude pada posisi 43,64 dolar AS per barel, menguat 0,02 persen.
Ia menambahkan, sentimen mengenai pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal I 2016 yang di bawah harapan menjadi salah satu sentimen negatif bagi mata uang domestik.
Namun, menurut dia, pembalikan arah pergerakan rupiah ke area positif masih terbuka menyusul belum adanya dukungan data ekonomi dari Amerika Serikat yang solid untuk mendorong penguatan dolar AS lebih tinggi.
"Di tengah situasi seperti itu, dapat mengembalikan dorongan penguatan mata uang rupiah terhadap dolar AS ke depannya," katanya.
Pada pekan ini, lanjut dia, pelaku pasar sedang menanti data ekonomi domestik tentang cadangan devisa April 2016, serta angka penjualan mobil dan motor April 2016. Data-data itu diharapkan positif sehingga dapat menopang mata uang rupiah.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan, sentimen dari eksternal yakni melemahnya data ekspor-impor China dapat menambah imbas negatif bagi mata uang rupiah.
"Sejumlah sentimen masih menekan laju valuta asing di kawasan Asia sehingga rupiah pun diproyeksikan sulit untuk bangkit," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016