Banda Aceh (ANTARA News) - Warga korban tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menjual sejumlah shelter (rumah sementara) bantuan Federasi Palang Merah Internasional atau International Federation Red Cross (IFRC) karena mereka sudah mendapat rumah permanen. Humas Palang Merah Indonesia (PMI) Aceh Ardi Sofinar Dahlan, kepada watawan di Banda Aceh, Rabu menyatakan penjualan shelter itu bervariasi dari Rp2 juta sampai Rp7 juta/unit. Shelter itu awalnya diperuntukkan bagi pengungsi yang masih tinggal di tenda dan menjadi hak milik pengungsi itu. "Pembangunan shelter tersebut persis di samping rumah warga yang akan dibangun," katanya. Menurutnya, shelter tersebut tidak boleh dijual karena rumah sementara itu bagian dari rumah yang akan dibangun. Dikatakan, pihak PMI sudah menegur lisan maupun tulisan, namun warga tetap saja nekad untuk menjual. Jumlah shelter yang sudah disalurkan kepada masyarakat korban tsunami lebih kurang 20 ribu unit. Penyalurannya melalui berbagai organisasi palang merah yang tergabung dalam IFRC. Sementara itu, Fauzi (35), warga Punge, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, mengatakan alasannya menjual shelter bantuan itu karena rumahnya sudah selesai dibangun. Fauzi menjelaskan, shelter tersebut merupakan bantuan dari IFRC dan sudah menjadi hak miliknya. Dari pada jadi besi tua lebih baik dijual, dan membuat rusak pemandangan akibat ada shelter di sebelah rumah. "Rencana akan saya jual Rp4 juta, namun sampai saat ini belum ada yang berminat, ada yang menawarkan Rp2 juta, tetapi saya tidak mau," ujarnya. Penjualan shelter juga terdapat pada daerah pinggiran Banda Aceh dan Aceh Besar, seperti di Tibang dan Lamnyong, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, dan di Kecamatan Lhoknga, Kecamatan Leupung dan Kecamatan Lhong, Aceh Besar.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007