Jakarta (ANTARA News) - Nahdlatul Ulama (NU) menyeru kepada ulama dunia untuk mendakwahkan Islam moderat di tengah maraknya penyebaran Islam berpaham radikal maupun liberal.
Rais Aam PBNU KH Maruf Amin dalam sambutannya pada pembukaan International Summit of the Moderate Islamic Leaders (ISOMIL) di Jakarta Convention Center, Senin, menjelaskan bahayanya kelompok dengan paham radikal atau liberal.
"Kelompok garis keras yang kaku dan sangat tekstualis, yang abai pada maqashid asysyariah (tujuan syariat Islam) membawa umat pada kesulitan dan menampilkan Islam dengan wajah yang garang," tandas Maruf.
Sebaliknya kelompok liberal, kata Maruf yang juga ketua umum MUI itu, justru menggampangkan semua aturan agama, seakan tidak ada ketetapan dalam Islam dan bahwa semua ajaran agama dapat ditinjau ulang.
Di tangan kelompok ini, kata dia, agama menjadi lunak dan lembek serta dibentuk sesuai keinginan mereka.
"Mereka ini yang terlalu silau dengan Barat hingga melupakan Al Quran dan As Sunnah yang merupakan pegangan utama bagai umat Islam," katanya.
Ironisnya, menurut Maruf, eksistensi kedua kelompok ekstrem itu justru menonjol saat ini berkat dukungan media sosial yang mempersempit jarak dan memudahkan publikasi.
Oleh karena itu, Maruf mengajak para peserta ISOMIL untuk menyerukan dakwah Islam moderat yang berdiri di antara dua kelompok tersebut.
Wakil Presiden Jusuf Kalla saat membuka ISOMIL mengungkapkan bahwa sudah saatnya ulama bersatu untuk menghadirkan inspirasi dan solusi penyelesaian konflik yang terjadi dunia.
"Kita duduk bersama pada forum ini dengan tujuan mencari solusi perdamaian di dunia," kata JK, sapaan akrabnya.
ISOMIL diselenggarakan PBNU pada 9-11 Mei 2016 diikuti oleh sekitar 400 peserta dari berbagai negara, terutama Timur Tengah, Eropa, Amerika, Australia, perwakilan negara-negara Asia, dan para kiai Indonesia.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016