"Fenomena langka itu pernah terjadi pada 2006, butuh waktu sekitar 10 tahun untuk menyaksikan fenomena alam ini dimana Planet Merkurius memiliki periode orbit selama 88 hari, sehingga menjadi pengorbit tercepat di tata surya," katanya kepada Antara di Kupang, Minggu.
Peristiwa ini katanya akan sangat jelas dilihat di Amerika dan Eropa Barat, beberapa wilayah di Afrika, serta sebagian wilayah Asia.
Di Indonesia, masyarakat bisa melihat titik kecil berwarna hitam melewati matahari pada pukul 11:12 - 18:42 WIB.
Untuk melihatnya, kata dia bisa menggunakan filter yang sama seperti yang digunakan untuk menonton gerhana matahari total beberapa bulan lalu.
"Cahaya yang terpancar saat gerhana matahari total dapat merusak retina mata permanen hingga penglihatan menjadi bengkok. Kerusakan itu karena adanya titik hitam di bagian tengah retina mata," katanya
Merkurius katanya memiliki periode orbit selama 88 hari, sehingga menjadi pengorbit tercepat di tata surya.
"Peristiwa ketika Merkurius melintasi piringan Matahari, mirip dengan peristiwa gerhana matahari yang tertutup oleh bulan sehingga sebagian atau seluruh cahaya Matahari jadi terhalang," katanya.
Untuk gerhana matahari oleh bulan, matahari- bulan- bumi akan mengalami kesejajaran dengan bulan berada di antara matahari dan bumi.
Peristiwa serupa juga terjadi saat transit Merkurius. Di mana matahari, Merkurius dan bumi mengalami kesejajaran dengan Merkurius berada di antara bumi dan matahari. Akibatnya Merkurius akan menghalangi sebagian cahaya Matahari untuk sampai di Bumi.
"Meskipun ukuran Merkurius sedikit lebih besar dari bulan, namun jaraknya yang jauh dari bumi menyebabkan penduduk bumi hanya akan melihat Merkurius seperti noktah kecil yang melintasi matahari selama kurang lebih 7,5 jam," katanya.
Bahkan jika dibanding transit Venus, planet Merkurius hanya akan tampak 1/5 dari Venus saat melintas matahari.
"Sama seperti transit Venus, transit Merkurius juga cukup langka. Dalam seratus tahun kita hanya bisa menikmati 13 kali transit. Masih lebih sering dibanding transit Venus yang hanya 2 kali dalam interval 8 tahun setiap 100 tahun," katanya.
Transit Merkurius sebelum 9 Mei 2016 terjadi pada 8 November 2006 dan transit berikutnya akan terjadi 11 November 2019.
Meskipun Merkurius mengorbit Matahari setiap 88 hari, tidak setiap saat kita bisa melihat transit Merkurius.
"Ada kalanya Merkurius berada di atas atau di bawah bidang orbit Bumi. Transit hanya terjadi saat Merkurius berada di titik simpul atau perpotongan antara orbit Bumi dan orbit Merkurius atau ketika Merkurius berada sejajar dengan Bumi dan Matahari," katanya.
Transit Merkurius pada umumnya terjadi pada kisaran tanggal 8 Mei dan 10 November saat planet tersebut melintasi titik simpul perpotongan bidang ekliptika dan orbitnya setiap tahun.
"Jika Merkurius berada pada titik simpul dan mengalami kesejajaran dengan bumi, maka terjadilah transit. Kita juga bisa memprediksi kapan transit Merkurius terjadi. Transit di bulan Mei hanya terjadi setiap 13 atau 33 tahun sekali. Sedangkan transit merkurius di bulan November bisa terjadi setiap 7, 13 atau 33 tahun sekali," katanya.
Saat transit Merkurius katanya terjadi di bulan Mei, planet terdekat dengan Matahari ini sedang berada di titik aphelion atau titik terjauhnya dari Matahari. Pada saat itu, piringan planet Merkurius akan memiliki diameter sudut 12 detik busur.
Transit bulan Mei terjadi saat Merkurius sedang berada di titik turun atau bergerak dari utara ke selatan di orbitnya.
Sedangkan pada saat transit terjadi di bulan November, Merkurius sedang berada di perihelion, atau titik terdekat dengan Matahari dan menanjak dari selatan ke utara. Saat transit bulan November, diameter sudut piringan merkurius akan tampak sedikit lebih kecil dibanding transit bulan Mei yakni 10 detik busur.
Frekuensi terjadinya transit Merkurius di bulan Mei hanya setengah dari transit di bulan November.
Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016