Berwisata ke Korea Selatan dianggap belum lengkap tanpa menyambangi pulau wisata yang menjadi kebanggan negeri ginseng tersebut, Pulau Jeju.
Mungkin bagi sebagian besar warga Indonesia telah mengenal Pulau Jeju dan menyaksikan keindahannya dari layar kaca yang ditampilkan dalam serial drama Korea yang marak ditonton beberapa tahun ini.
Memang, Pulau Jeju yang selalu disajikan sebagai pulau yang sangat hijau ini sering digunakan sebagai lokasi pengambilan gambar serial drama tersebut seperti serial Warm and Cozy yang diperankan oleh Yoo Yeon-Seok sebagai Baek Gun-Woo dan Kang So-Ra sebagai LE Jung-Joo.
Namun, seperti yang tergambarkan dalam setiap serial drama Korea, udara dan iklim di Jeju masih terbilang murni dan masih segar.
Dengan kondisi alam dan udara yang masih terbilang sangat bersih ini memicu warga di Korea daratan untuk memiliki rumah liburan bahkan menghabiskan masa pensiun mereka di Pulau Jeju.
Tidak sedikit juga warga Korea daratan yang masih berusia muda memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan mereka dan pindah ke Jeju.
Menurut catatan dari pemerintah setempat, populasi di pulau ini sebelumnya hanya 500.000 jiwa, namun telah berlipat ganda dalam beberapa tahun ini.
Berdasarkan sejarahnya, hingga akhir abad ke-19 Pulau Jeju merupakan pulau buangan bagi para pelaku kriminal, namun telah menjadi salah satu lokasi pariwisata Korea yang paling menarik bagi pelancong baik domestik maupun internasional.
Keunikan Pulau Jeju
Pulau Jeju terletak sebelah Barat Daya dari semenanjung Korea dan merupakan provinsi yang memiliki pemerintahan sendiri.
Pulau ini berbentuk oval dengan jarak 73 kilometer dari bagian Timur ke Barat dan 31 kilometer dari utara ke selatan.
Pulau Jeju merupakan pulau vulkanik yang memiliki banyak keberagaman dan keunikan fitur geografis, bahkan mendapatkan julukan sebagai "museum vulkanik".
Uniknya, Jeju memiliki sekitar 368 gunung api parasit berukuran kecil dan besar serta 160 gua gunung berapi bawah tanah yang tersebar di seluruh pulau.
Jeju dianggap unik karena banyaknya memiliki Oreum di area yang sempit.
Tidak hanya itu, Pulau Jeju juga sempat menyabet tiga penghargaan UNESCO yaitu sebagai Cagar Biosfer pada tahun 2002, Warisan Alam Budaya pada tahun 2007 dan Jaringan Geoparks Global pada tahun 2010.
Tiga Hal Di Jeju
Pulau Jeju juga terkenal akan tiga hal yang paling sering ditemukan, yaitu Batu, Angin dan Wanita.
Menurut pemandu wisata yang merupakan penduduk asli Pulau Jeju, Yoen Koh, ketiga hal tersebut akan sering ditemukan wisatawan saat berkunjung.
Batuan, karena merupakan pulau vulkanik, banyak batu vulkanik hitam yang tersebar di seluruh pulau Jeju sehingga masyarakat setempat menggunakan batu tersebut sebagai pagar bahkan dinding rumah yang disusun sedemikian rupa sehingga kokoh.
Bahkan pada Kejuaraan Dunia Sepak Bola Jepang-Korea 2002, pemerintah Jeju juga memanfaatkan batuan tersebut untuk membangun 11 "patung kakek raksasa sebagai simbol jumlah pemain.
Patung Kakek yang terbuat dari batu vulkanik hitam tersebut berbentuk lonjong dan memiliki mata, hidung dan mulut serta secara tradisional masyarakat Jeju menganggap patung ini sebagai "penjaga" mereka.
Kemudian Angin, hembusan angin kencang di Pulau Jeju juga merupakan suatu yang biasa sehingga pemerintah setempat memanfaatkan kelebihan tersebut dengan membangun pembangkit listrik tenaga angin.
Namun daerah Jeju yang paling banyak diterpa angin adalah di daerah bagian timur pulau tersebut, maka tidak heran jika pemandangan yang akan terlihat sejauh mata memandang adalah deretan baling-baling pembangkit listrik tenaga angin.
Kemudian wanita, ya karena populasi kaum perempuan di Jeju memang jauh lebih banyak dibandingkan pria.
Hal tersebut akhirnya memicu banyaknya kaum wanita Jeju bertindak sebagai pencari nafkah bagi keluarga.
Bahkan Jeju juga terkenal akan para penyelam kaum wanita atau dalam bahasa setempat "haenyeo" yang artinya wanita laut yang tradisinya dimulai sejak abad 17.
Awal mula kemunculan para Haenyeo ini karena pemerintah mengenakan pajak hasil laut bagi para nelayan pria, namun tidak ada pajak untuk hasil laut para wanita.
Para Haenyeo ini merupakan sekumpulan wanita yang bermental baja untuk mencari kerang laut sebagai mata pencarian sehari-hari mereka sementara para prianya memilih untuk menjadi nelayan.
Hingga kini jumlah para Haenyeo ini hanya sekitar 400 orang yang didominasi oleh generasi yang lebih tua, karena wanita muda Jeju dewasa ini lebih memilih untuk bekerja di belakang meja.
Keindahan alam Jeju tidak hanya di tepian pulaunya saja namun ada juga Gunung Hallasan atau Gunung Halla setinggi 1.950 meter di atas permukaan laut yang merupakan "landmark" dari pulau tersebut.
Gunung Halla dikenal oleh warga setempat sebagai gunung Yeongjusan yang artinya gunung yang cukup tinggi untuk menarik galaksi.
Warga Jeju menyembah Gunung Halla karena dianggap sebagai tempat tinggal para dewa dan roh di puncak gunung tersebut.
Pada 1970, pemerintah setempat memutuskan untuk menjadikan Gunung Halla sebagai taman nasional karena jumlah oreum yang menjadi perhatian tersendiri bagi para geologis.
Gunung ini terkenal dengan ekosistem tanaman vertikal yang dihasilkan oleh suhu yang bervariasi di sepanjang lereng gunung.
Tercatat lebih dari 1.800 jenis tanaman dan 4.000 spesies hewan termasuk 3.300 species serangga telah teridentifikasi oleh pihak taman nasional.
Bagaimanapun juga, wisata alam yang disajikan Pulau Jeju untuk para pelancong merupakan pengalaman tersendiri yang tidak ada habisnya dan jangan bilang pecinta drama Korea jika belum pernah menginjakan kaki di pulau yang masih murni/alami ini.
Oleh Ageng Wibowo
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016